Jakarta, VIVA – Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan, mengatakan bahwa kebijakan Badan Pangan Nasional atau Bapanas dan Kementerian Pertanian, yang kembali mengandalkan impor daging kerbau dan sapi, bertentangan dengan Astacita Ketahanan Pangan Presiden Prabowo Subianto.
"Ketahanan pangan yang sejati hanya bisa dicapai jika kita mandiri dalam produksi," kata Johan dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 13 Februari 2025.
Ditekankannya, Astacita Ketahanan Pangan menuntut keberpihakan pada petani dan peternak lokal, bukan terus bergantung pada impor sebagai solusi instan. Bapanas dan Kementan harus berkomitmen memperkuat peternakan nasional, agar Indonesia tidak terus menjadi pasar bagi daging impor.
Dia juga meminta Bapanas sebagai pengendali kebijakan pangan nasional, untuk mengambil langkah lebih serius dalam memastikan produksi dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan nasional, tanpa terus mengandalkan impor.
"Jika kita benar-benar ingin mewujudkan Astacita Ketahanan Pangan, maka Kementan dan Bapanas harus fokus pada penguatan sektor peternakan, dari hulu hingga hilir," kata Johan.
"Peternak harus diberikan akses pakan murah, teknologi peternakan modern, serta jaminan harga jual yang menguntungkan. Jika ini tidak dilakukan, maka impor akan terus menjadi solusi jangka pendek tanpa ada penyelesaian struktural," ujarnya menambahkan.
Selain itu, politikus PKS ini juga menyoroti dampak negatif impor daging bagi peternak kecil, yang semakin kehilangan daya saing akibat harga daging impor yang lebih murah. Sehingga peternak kesulitan untuk menjual hasil ternaknya.
Kemudian minimnya dukungan infrastruktur peternakan menyebabkan biaya produksi peternak lebih tinggi dibandingkan harga daging impor. Sehingga, peternak kecil semakin tersingkir dari pasar karena industri lebih memilih daging impor yang lebih murah dan memiliki rantai distribusi lebih efisien.
"Bapanas harus memastikan bahwa kebijakan impor dilakukan dengan kuota ketat dan tidak merusak pasar domestik. Sementara itu, Kementan harus mempercepat langkah nyata dalam meningkatkan populasi dan produktivitas ternak lokal," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya
Kemudian minimnya dukungan infrastruktur peternakan menyebabkan biaya produksi peternak lebih tinggi dibandingkan harga daging impor. Sehingga, peternak kecil semakin tersingkir dari pasar karena industri lebih memilih daging impor yang lebih murah dan memiliki rantai distribusi lebih efisien.