Jakarta, VIVA – Raisa akhirnya angkat bicara terkait dengan kondisi rumah tangganya dengan Hamish Daud. Dalam pernyataan yang diunggah Raisa di akun Instagram pribadinya, pada Mingggu 26 Oktober 2025 dirinya mengungkap tentang perpisahannya dengan Hamish Daud.
”Setelah melalui banyak pertimbangan dan pemikiran panjang, kami memilih untuk menempuh jalan kami masing-masing. Keputusan ini kami ambil bersama dan telah cukup lama kami proses dalam ruang pribadi kami masing-masing sebelum akhirnya berita ini sampai ke kalian,” tulis Raisa di akun Instagramnya.
Meski berpisah, Raisa dan Hamish tetap memprioritaskan tumbuh kembang putri semata wayang mereka Zalina. Keduanya sepakat untuk menjalani co-parenting untuk memastikan putri kecilnya itu bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang.
”Hubungan kami tetap baik, meski berubah. Yang tidak berubah adalah cinta kami kepada Zalina. Sudah menjadi tugas seumur hidup kami untuk menjaga dan merawat putri kami dengan terus hadir bersama sebagai co-parents untuk memastikan dia bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang,” demikian keterangan Raisa.
Lantas apa itu co-parenting yang dijalani oleh Raisa dan Hamish pasca keduanya sepakat untuk mengakhiri perjalanan rumah tangga mereka? Melansir laman family assist, co-parenting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana dua orang tua berbagi tanggung jawab dalam membesarkan anak-anak mereka.
Meskipun sudah bercerai, kamu dan mantan pasangan seperti Raisa dan Hamish tetap memiliki kewajiban yang sama untuk mengasuh dan membimbing anak. Tanggung jawab ini sebaiknya tetap menjadi prioritas bagi keduanya.
Jika seseorang tengah mempertimbangkan perceraian, penting untuk diingat bahwa kepentingan terbaik anak adalah tetap memiliki hubungan yang sehat dengan kedua orang tuanya. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik ketika ayah dan ibu mereka bisa bekerja sama serta sama-sama aktif terlibat dalam kehidupan mereka. Setiap orang tua mungkin memiliki peran dan tanggung jawab berbeda dalam mendampingi dan mendidik anak agar mereka bisa berkembang secara optimal.
Sebuah penelitian oleh Kementerian Pembangunan Sosial dan Keluarga (Ministry of Social and Family Development) pada tahun 2020 meneliti berbagai gaya co-parenting dan dampaknya terhadap anak. Hasilnya menunjukkan bahwa co-parenting yang bersifat kooperatif menghasilkan dampak positif pada anak, seperti lebih sedikit masalah perilaku dan emosional pada anak, serta performa belajar di sekolah yang lebih baik dibandingkan dengan pola co-parenting paralel atau pola asuh tunggal.
Halaman Selanjutnya
Cooperative co-parenting ditandai dengan komunikasi yang terbuka dan kerja sama antara kedua orang tua dalam mengambil keputusan penting tentang anak. Parallel co-parenting menggambarkan situasi di mana kedua orang tua jarang berkomunikasi dan jarang membuat keputusan besar bersama, tetapi tetap sama-sama terlibat dalam kehidupan anak. Single parenting atau pola asuh tunggal terjadi ketika kedua orang tua tidak berkomunikasi, dan hanya satu pihak yang dominan dalam mengasuh anak.

4 hours ago
2









