Jakarta, VIVA – Memasuki dekade pertamanya, Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) kembali hadir di tahun 2025 dengan program yang lebih meriah dan inklusif. Diselenggarakan oleh Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Australia di Indonesia, FSAI 2025 akan menjangkau publik di 10 kota besar di Tanah Air, memperkuat jalinan budaya dan sinema antara dua negara bertetangga ini.
Dalam pernyataan resminya, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, menyampaikan bahwa FSAI telah berkembang menjadi ruang kolaborasi aktif antara para sineas dari Indonesia dan Australia. Scroll lebih lanjut ya.
“Mulai dari Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Mataram, Makassar, dan Manado,” ungkapnya dalam peluncuran yang berlangsung di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
FSAI tahun ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi terhadap karya film, tetapi juga simbol persahabatan kultural. Rod menegaskan bahwa film memiliki kekuatan luar biasa untuk menyatukan keberagaman serta membuka ruang dialog lintas bangsa. Ia menambahkan bahwa film-film yang ditampilkan di FSAI merupakan karya pilihan yang jarang diputar secara komersial di bioskop Indonesia.
“FSAI dengan bangga menayangkan 7 film Australia dan Indonesia pilihan yang masing-masing merupakan jendela budaya Australia dan Indonesia,” tutur Rod Brazier. Tak hanya itu, FSAI 2025 juga menampilkan film-film pendek yang merupakan hasil karya para peserta Australia Awards yang mengikuti pelatihan produksi film di Australia tahun ini.
Sementara itu, Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya, turut menyoroti pentingnya FSAI sebagai agenda strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Menurutnya, festival ini membuka peluang luas untuk kolaborasi lintas industri, termasuk pertukaran kreator, distribusi film, hingga eksplorasi co-production.
“Kami melihat adanya ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, baik melalui pertukaran kreator, distribution, hingga eksplorasi co-production yang saling menguntungkan,” jelas Teuku Riefky Harsya.
Sebagai tambahan nilai, FSAI 2025 juga menghadirkan masterclass eksklusif yang terbuka untuk publik. Salah satunya adalah Masterclass: Menulis Skenario yang dipandu oleh penulis terkenal Ika Natassa dan Dr Dean Chircop dari Griffith Film School Australia. Sesi ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran langsung dari para ahli industri perfilman.
“FSAI bisa dengan konsisten menjadi wadah pertukaran kreatifitas yang produktif, dinamis, dan inklusif bagi masyarakat,” harap Teuku Riefky.
Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025
FSAI 2025 akan berlangsung dari tanggal 16 Mei hingga 14 Juni 2025 dan dapat diakses secara gratis dengan sistem pemesanan tiket online melalui situs resmi FSAI.ID, namun dengan jumlah kursi terbatas.
Berikut jadwal pemutaran film FSAI 2025 di beberapa kota:
Jakarta | CGV Pacific Place
Jumat, 16 Mei 2025
16.45 WIB – A Royal in Paradise
19.00 WIB – Late Night with The Devil
Sabtu, 17 Mei 2025
13.30 WIB – Heartbreak Motel + Q&A Ika Natassa
16.15 WIB – The Lost Tiger
18.30 WIB – The Dry
Minggu, 18 Mei 2025
13.30 WIB – Runt
15.45 WIB – Mencuri Raden Saleh
Yogyakarta | CGV Pakuwon Mall
Sabtu, 24 Mei 2025
13.00 WIB – Heartbreak Motel
15.45 WIB – The Dry
Minggu, 25 Mei 2025
13.00 WIB – The Lost Tiger
15.00 WIB – Late Night with The Devil
Mataram | CGV Transmart Mataram
Jumat, 30 Mei 2025
16.45 WITA – A Royal in Paradise + Q&A Adrian Powers
19.00 WITA – Late Night with The Devil
Sabtu, 31 Mei 2025
13.00 WITA – The Lost Tiger
15.00 WITA – Heartbreak Motel
Bandung | CGV Paris Van Java
Sabtu, 7 Juni 2025
13.30 WIB – Runt
15.45 WIB – A Royal in Paradise
19.00 WIB – The Dry
Minggu, 8 Juni 2025
13.30 WIB – Heartbreak Motel
16.15 WIB – Late Night with The Devil
Kota Lain
Manado – 17 Mei: Mencuri Raden Saleh
Semarang – 24 Mei: Runt, Mencuri Raden Saleh
Denpasar – The Lost Tiger (private screening)
Surabaya – 14 Juni: The Lost Tiger, A Royal in Paradise, Mencuri Raden Saleh, Late Night with The Devil
Makassar – 13-14 Juni: Heartbreak Motel, The Lost Tiger, Late Night with The Devil
Halaman Selanjutnya
“Kami melihat adanya ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, baik melalui pertukaran kreator, distribution, hingga eksplorasi co-production yang saling menguntungkan,” jelas Teuku Riefky Harsya.