Jakarta, VIVA – Indonesia Coal and Energy Expo (ICEE) 2025 resmi dibuka di Jakarta sejak Kamis, 15 Mei 2025. Perhelatan ini menandai babak baru dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan Tiongkok di sektor batubara dan energi.
Ratusan pemimpin industri, pejabat tinggi pemerintahan, serta perwakilan internasional hadir untuk membahas masa depan energi bersih dan transformasi industri yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Sun Shangbin, Ketua China Chamber of Commerce in Indonesia menyoroti pentingnya penguatan kerja sama bilateral di tengah tren global menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
"Batubara masih menjadi sumber energi utama dunia, dan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Namun, dengan meningkatnya perhatian terhadap keberlanjutan dan perlindungan lingkungan, industri ini berada pada titik transisi menuju pemanfaatan yang lebih bersih dan efisien,” kata Shangbin melalui keterangannya pada Jumat, 16 Mei 2025.
Indonesia Coal and Energy Expo (ICEE) 2025 (Doc: Natania Longdong)
Photo :
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Ia juga menekankan bahwa sinergi antara Indonesia dan Tiongkok memiliki potensi besar. Kekayaan sumber daya batubara Indonesia, jika dipadukan dengan keunggulan teknologi dan peralatan industri dari Tiongkok, diyakini mampu mendorong percepatan pengembangan industri, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kami menyambut baik semakin banyak perusahaan Tiongkok yang berinvestasi dan bermitra dengan perusahaan lokal Indonesia,” ujarnya.
ICEE 2025 menampilkan berbagai inovasi dari seluruh rantai industri batubara dan energi, mulai dari teknologi clean coal, smart mining, hingga solusi low-carbon dan energi terbarukan.
Diselenggarakan selama tiga hari, acara ini menjadi platform penting untuk transfer teknologi, pertukaran pengetahuan, dan penguatan jejaring bisnis global.
Tahun ini juga menjadi tonggak istimewa dengan peringatan 20 tahun berdirinya China Chamber of Commerce in Indonesia. Organisasi ini menaungi hampir 600 anggota dari 12 sektor industri, dan selama dua dekade terakhir berperan signifikan dalam memperkuat hubungan ekonomi bilateral, khususnya di sektor strategis seperti pertambangan, metalurgi, dan energi baru.
Maka dari itu, Sun Shangbin mengajak seluruh pelaku industri untuk memanfaatkan ICEE 2025 sebagai momentum mempererat kolaborasi dalam menghadapi tantangan global bersama.
“Kami yakin konferensi ini akan menjadi forum penting untuk menggali ide-ide baru, mempercepat transisi menuju clean coal dan green mining, serta memperkuat kerja sama saling menguntungkan bagi masa depan energi kedua negara,” ungkapnya.
Sementara Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Siti Sumilah Rita Susilawati menyatakan bahwa ketegangan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat tidak berdampak signifikan terhadap ekspor batubara Indonesia.
“Sebagian besar ekspor batubara Indonesia memang ditujukan ke Tiongkok, bukan ke Amerika Serikat. Sehingga, dampaknya secara langsung relatif kecil. Namun, secara umum ketegangan geopolitik tetap dapat memberikan pengaruh tidak langsung terhadap dinamika perdagangan global,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah terus mendorong diversifikasi pasar ekspor dan mempercepat proses hilirisasi batubara melalui pembentukan task force khusus. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas batubara nasional, serta memperkuat ketahanan energi jangka panjang.
Halaman Selanjutnya
Diselenggarakan selama tiga hari, acara ini menjadi platform penting untuk transfer teknologi, pertukaran pengetahuan, dan penguatan jejaring bisnis global.