Jakarta, VIVA – Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi, menilai pentingnya pemerintah segera melelang spektrum pita frekuensi guna mempercepat pemerataan akses 5G di Indonesia.
Menurutnya, salah satu hambatan dalam pemerataan akses layanan 5G di berbagai wilayah Indonesia karena operator telekomunikasi terkendala pada alat produksinya yang berupa spektrum, khususnya pita frekuensi 700 MHz dan 3.500 MHz.
"Saat ini, perkembangan 5G masih belum seperti diharapkan sehingga masyarakat belum bisa menggunakannya secara maksimal dan merata di berbagai wilayah. Persoalan utamanya adalah karena operator seluler terkendala alat produksi berupa spektrum," katanya, Senin, 28 April 2025.
Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah segera menggelar lelang pita frekuensi untuk para operator seluler yang telah diwacanakan sejak tahun lalu.
Heru juga mengharapkan operator telekomunikasi mendapat insentif dengan harga spektrum yang terjangkau, mengingat biaya perizinan dan operasional di daerah masih tinggi.
"Hal itu karena regulatory cost atau biaya terkait perizinan, penggunaan pita frekuensi hingga retribusi di daerah masih tinggi, di mana total sekitar 12 persen, yang tentunya membuat bisnis telekomunikasi berbiaya tinggi," ujar dia.
Terkait kebutuhan 5G, Heru menyebutkan penggunaan teknologi tersebut sebaiknya diutamakan di kawasan pabrik atau untuk individu misalnya kawasan perumahan melalui jaringan WiFi.
Sementara di sektor pendidikan dan kesehatan, menurutnya sudah ada satelit Low Earth Orbit (LEO) seperti Starlink kepunyaan Elon Musk dan Satria milik Bakti Kemenkomdigi yang mengisi kebutuhan layanan 5G.
"Segmen yang pas mungkin pabrik, kemudian yang pasti individu karena ponsel itu kan layanan individu, yang mungkin bisa ditingkatkan ke perumahan dengan layanan WiFi," ucap Heru.
Seperti diketahui, dalam upaya mempercepat adopsi 5G, Kemenkomdigi mengusulkan penerapan model Multi-Operator Core Network (MOCN), seperti yang telah berhasil diterapkan di Malaysia.
Model ini memungkinkan operator telekomunikasi berbagi infrastruktur, sehingga dapat mempercepat ekspansi jaringan sekaligus menekan biaya investasi.
Selain itu, pemanfaatan infrastruktur milik PLN juga menjadi solusi strategis dalam memperluas jaringan telekomunikasi ke daerah-daerah yang masih minim akses internet.
Dengan memanfaatkan tiang listrik PLN untuk distribusi fiber optik, biaya investasi dapat ditekan hingga 67 persen, mempercepat penetrasi internet dengan lebih efisien (Ant)
Halaman Selanjutnya
Sementara di sektor pendidikan dan kesehatan, menurutnya sudah ada satelit Low Earth Orbit (LEO) seperti Starlink kepunyaan Elon Musk dan Satria milik Bakti Kemenkomdigi yang mengisi kebutuhan layanan 5G.