OJK Lakukan Uji Ketahanan Perbankan Hadapi Kebijakan Tarif Trump, Ini yang Disoroti

2 hours ago 1

Selasa, 29 April 2025 - 01:00 WIB

Jakarta, VIVA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan uji ketahanan atau stress test perbankan RI. Hal ini akibat kondisi global yang penuh ketidakpastian, karena kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJKm Dian Ediana Rae mengatakan ketidakpastian ekonomi saat ini sangat dipengaruhi oleh tantangan perekonomian global seperti kekhawatiran kebijakan tarif Trump yang akan mengganggu rantai pasok barang dan jasa, mendorong kenaikan inflasi global, serta memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. 

"Produk-produk utama ekspor Indonesia ke AS juga dikhawatirkan menghadapi tekanan akibat meningkatnya biaya impor. Berdasarkan hal tersebut, terdapat peningkatan risiko kredit pada beberapa sektor, utamanya yang terkait produk-produk utama ekspor Indonesia ke AS, antara lain produk tekstil dan alas kaki, mesin-mesin elektronik, produk perikanan dan kelapa sawit," ujar Dian dikutip, Selasa, 29 April 2025.

Dian menjelaskan, OJK melakukan stress test baik secara berkala untuk melihat dampak dari perubahan kondisi ekonomi, termasuk pengaruh penerapan tarif impor AS dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perbankan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae

Photo :

  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

"Sejauh ini, OJK menilai bahwa rasio permodalan (CAR) perbankan tergolong tinggi Februari 2525 sebesar 26,95 persen, dan mampu menyerap potensi peningkatan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas," jelasnya.

Dian menuturkan, pada Februari 2025, kinerja intermediasi perbankan juga relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga NPL gross sebesar 2,22 persen, NPL Net 0,81 persen, serta LAR 9,77 persen.

Selain itu, kredit perbankan tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,30 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 7.825 triliun. Dalam hal ini kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 14,62 persen, diikuti oleh kredit Konsumsi 10,31 persen, sedangkan kredit modal kerja tumbuh 7,66 persen.

Ditinjau dari kepemilikan terang Dian, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,93 persen yoy. Kemudian berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 15,95 persen, serta kredit UMKM tumbuh sebesar 2,51 persen.

Adapun sektor ekonomi pendorong kenaikan kredit secara tahunan meliputi tiga sektor utama, yaitu industri pengolahan, transportasi dan pergudangan, dan pertambangan. 

"Industri pengolahan utamanya industri minyak goreng dan kelapa sawit mentah, industri kertas, dan industri logam dasar bukan besi, sedangkan pada sektor pertambangan utamanya pada pertambangan logam dan biji timah, serta batu bara dan gambut," katanya.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS

Meski demikian, Dian meminta agar industri perbankan memetakan lebih jauh sektor-sektor dan debitur-debitur yang dapat terdampak dari ketidakpastian global utamanya yang dapat mengalami penurunan kemampuan membayar. Kemudian senantiasa antisipatif dalam memitigasi peningkatan risiko kredit dengan pembentukan CKPN yang memadai, serta mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dan monitoring kredit.

"OJK juga meminta kepada perbankan agar secara proaktif melakukan asesmen terhadap perkembangan yang terjadi di global maupun domestik dan mempersiapkan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan dimaksud," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya

Ditinjau dari kepemilikan terang Dian, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,93 persen yoy. Kemudian berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 15,95 persen, serta kredit UMKM tumbuh sebesar 2,51 persen.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |