China, VIVA – Bank sentral Tiongkok (PBOC) mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate atau LPR) pada Senin, 21 April 2025. PBOC menyampaikan, kondisi ekonomi makro yang kuat memberikan ruang untuk fokus menstabilkan yuan di tengah ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Suku bunga acuan pinjaman 1 tahun tetap di level 3,1 persen dan LPR 5 tahun sebesar 3,6 persen. Keputusan bank sentral muncul ketika Tiongkok melaporkan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan bulan ini. PBOC konsisten mempertahankan LPR sejak Oktober 2024.
Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok pada kuartal I-2025 tumbuh 5,4 persen secara year on year (yoy). Penjualan ritel dan tingkat produksi industri pada bulan Maret bahkan melampaui ekspektasi para ekonom.
Kepala Ekonom Pinpoint Asset Managemen, Zhiwei Zhang, alasan bank sentral Tiongkok tidak menurunkan suku bunga pinjaman karena ekonomi makro belum menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Ia menegaskan, "PBOC akan memangkas suku bunga saat data konkret melemah," demikian dikutip dari CNBC Internasional pada Selasa, 22 April 2025.
Ilustrasi berinvestasi.
Photo :
- http://pakar-investasi.blogspot.com/
Laporan ekonomi Tiongkok untuk bulan April yang akan mencerminkan dampak tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump akan dijadwalkan rilis pada akhir bulan ini. Sementara itu, data perdagangan dan tingkat inflasi akan diumumkan pada 9 Mei 2025.
Keputusan bank sentral menahan suku bunga pinjaman menjadi sentimen terhadap Yuan yang terapresiasi 0,20 persen menjadi 7,2848 terhadap dolar AS. Begitu juga, nilai tukar Yuan lepas pantai menguat 0,22 persen menjadi 7,2846 terhadap mata uang negara Paman Sam.
Keputusan PBOC ternyata sudah diprediksi sejumlah ekonom dan pelaku perbankan. Analis Lynn Song dan Min Joo Kang dari Bank ING asal Belanda menyampaikan suku bunga pinjaman tidak mungkin berubah tanpa pemangkasan suku bunga repo 7 hari.
Saat ini, suku bunga repo 7 hari berada pada level 1,5 persen setelah terakhir diturunkan sebesar 20 basis poin (bps) pada September 2024. ING melihat adanya peluang POBC dapat menurunkan suku bunga, yakni inflasi tergolong rendah dan hambatan eksternal di tengah meningkatnya ancaman tarif jadi alasan bagi bank sentral melakukan pelonggaran.
"Namun pertimbangan stabilisasi mata uang dapat mendorong Bank Rakyat Tiongkok untuk menunggu hingga The Fed memangkas biaya pinjaman," imbuh analis ING.
Ekonom Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Ryota Abe, juga meramal PBOC akan tahan suku bunga pinjaman. Menurutnya, bank sentral negeri Tirai Bambu itu tidak akan menggunakan mata uang untuk mengatasi kesulitan ekonomi karena rentan menyebabkan arus keluar secara besar-besaran.
Sebagaimana diketahui, Trump mengenakan tarif impor sebesar 245 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok. Tak mau kalah, pemerintah Beijing juga menetapkan pungutan bea masuk sebesar 125 persen sebagai tarif balasan untuk AS.
Halaman Selanjutnya
Keputusan PBOC ternyata sudah diprediksi sejumlah ekonom dan pelaku perbankan. Analis Lynn Song dan Min Joo Kang dari Bank ING asal Belanda menyampaikan suku bunga pinjaman tidak mungkin berubah tanpa pemangkasan suku bunga repo 7 hari.