Deteksi Dini Penting Banget! Dampak Kanker Payudara Bisa ke Masalah Sosial dan Ekonomi

4 weeks ago 11

Selasa, 28 Oktober 2025 - 16:19 WIB

Jakarta, VIVA – Kanker payudara masih menjadi jenis kanker yang paling banyak menyerang perempuan di seluruh dunia. Berdasarkan data terkini dari GLOBOCAN/Global Cancer Observatory/World Cancer Research Fund tahun 2022, setiap tahun tercatat sekitar 2,3 juta kasus baru kanker payudara, atau setara dengan 11,6% dari seluruh kasus kanker pada wanita. 

Angka kematiannya pun tidak sedikit, mencapai 666.000 kematian, atau sekitar 6,9% dari seluruh kematian akibat kanker pada wanita. Scroll lebih lanjut yuk!

Di Indonesia, situasi ini juga menjadi perhatian serius. Setiap tahunnya terdapat sekitar 400 ribu kasus kanker baru, dengan 240 ribu kematian akibat penyakit tersebut. Data menunjukkan tren peningkatan kasus yang signifikan dan diprediksi bisa melonjak hingga lebih dari 70 persen pada tahun 2050 jika tidak ada langkah nyata dalam pencegahan dan deteksi dini. Kondisi ini tentu akan menambah beban kesehatan nasional sekaligus menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar.

Menurut Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, kanker payudara bukan hanya tantangan medis, tetapi juga menyangkut aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas kerja, serta beban psikologis bagi pasien dan keluarga menjadi konsekuensi serius.

“Deteksi dini kanker masih menjadi tantangan. Penyebab kematian pasien kanker payudara sebagian besar karena datang dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun. Sebagai bagian dari strategi nasional, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 untuk memperkuat skrining dan deteksi dini,” jelas dr. Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Selasa 28 Oktober 2025. 

Dr. Siti Nadia Tarmizi

Photo :

  • VIVA/Rizkya Fajarani Bahar

Namun, cakupan skrining kanker payudara dengan mammografi di Indonesia masih tergolong rendah. Dari sekitar 3.000 rumah sakit, hanya sekitar 200 rumah sakit yang memiliki alat mammografi.

“Pemerintah berkomitmen untuk tahun 2024 supaya setiap rumah sakit provinsi dilengkapi alat mammografi... Kami mengupayakan untuk meningkatkan sosialisasi Program deteksi dini menggunakan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis),” lanjut dr. Siti.

Dari sisi medis, dr. Agnes, Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, menuturkan bahwa banyak kasus kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja.

Halaman Selanjutnya

“Bahkan banyak yang terdeteksi saat sudah stadium lanjut karena tidak ada gejala yang dirasakan pasien. Tentunya, penemuan kanker payudara di stadium lanjut ini bisa dihindari andai saja pasien rutin melakukan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri secara rutin,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |