Jakarta, VIVA – Masalah pendengaran di Indonesia terus meningkat, dengan data Riskesdas 2013 mencatat prevalensi gangguan pendengaran sebesar 2,6 persen pada penduduk di atas 5 tahun, yang kemudian melonjak menjadi 6,1 persen atau sekitar 15 juta orang pada Riskesdas 2018.
WHO bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2050, lebih dari 700 juta orang di dunia akan mengalami gangguan pendengaran. Meski demikian, sekitar 60 persen kasus sebenarnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan intervensi yang tepat. Oleh karena itu, upaya pencegahan seperti menghindari paparan suara keras yang berlebihan, menjaga kebersihan telinga, serta melakukan pemeriksaan pendengaran secara rutin menjadi langkah penting dalam mengurangi angka gangguan pendengaran di Indonesia.
Masalah pendengaran kini banyak menyerang orang dewasa muda akibat gaya hidup tidak sehat termasuk gaya hidup modern seperti terlalu sering mendengarkan suara kencang.
Berikut ini adalah sederet penyebab masalah pendengaran seperti dijelaskan oleh Ketua Umum PP Perhati-KL, Dr. dr. Yussy Afriani Dewi, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp. Onk.(K)., M.Kes., FICS, dalam media briefing secara daring bersama Kementerian Kesehatan RI pada Senin 3 Maret 2025.
Suara Keras
Salah satu penyebab utama masalah pendengaran adalah kebiasaan mendengarkan suara keras yang berlebihan. Gaya hidup seperti ini kian terjadi di kalangan anak muda hingga dewasa seperti konser musik, di lingkungan pekerjaan, di lingkungan industri ataupun penggunaan headphone dengan volume tinggi.
"Ini dapat merusak struktur di telinga bagian dalam yang kita sebut dengan koklea. Paparan suara keras di atas 85 decibel dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel rambut di dalam koklea yang berperan penting tentunya dalam proses pendengaran," jelas dr. Yussy.
Merokok
Selain merusak organ dalam seperti paru dan jantung, merokok juga mempengaruhi sistem kerja pendengaran bahkan berpotensi mengakibatkan masalah yang serius.
"Merokok dapat memperburuk sirkulasi darah dan mengurangi pasokan oksigen ke dalam telinga yang pada gilirannya dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran," jelas Ketua Umum PP Perhati-KL tersebut.
Alkohol
Ada banyak penyakit yang disebabkan karena pengaruh mengonsumsi alkohol berlebih, termasuk masalah pendengaran. Alkohol merusak sel-sel saraf dalam tubuh termasuk di telinga bagian dalam.
"Selain itu, alkohol dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati misalkan contohnya infeksi telinga atau penyakit yang berhubungan dengan gangguan dengar. Sehingga meningkatkan resiko terjadinya kerusakan pendengaran," jelasnya.
Penyakit lainnya
Beberapa jenis penyakit lain seperti obesitas dan diabetes juga mempengaruhi kesehatan pendengaran. Kondisi kesehatan seperti ini dapat meningkatkan risiko juga karena mempengaruhi sirkulasi darah dan menyebabkan kerusakan pada pembuluh-pembuluh darah yang memasok darah ke telinga bagian dalam.
Halaman Selanjutnya
Selain merusak organ dalam seperti paru dan jantung, merokok juga mempengaruhi sistem kerja pendengaran bahkan berpotensi mengakibatkan masalah yang serius.