RI Deflasi Gegara Diskon Tarif Listrik, Daya Beli Masyarakat Melambat?

6 hours ago 3

Selasa, 4 Maret 2025 - 06:06 WIB

Jakarta, VIVA – Indonesia mengalami deflasi pada Februari 2025 sebesar 0,48 persen secara month to month (mtm), dan deflasi 1,24 persen secara year to date (ytd). Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, deflasi ini disebabkan oleh diskon tarif listrik.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, deflasi merupakan pertanda bahwa belanja masyarakat sedang melambat. Artinya, deflasi ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin makan tabungan sejalan dengan simpanan perseorangan yang merosot

"Indikasi lain adalah masyarakat menahan belanja pada Februari untuk penuhi kebutuhan saat Ramadhan-Lebaran. Semoga belanjanya cuma ditunda ya bukan tidak mau belanja," ujar Bhima saat dihubungi VIVA Senin, 3 Maret 2025.

Bhima menilai, deflasi seharusnya tidak berpengaruh ke diskon tarif listrik. Sebab uang yang seharusnya digunakan untuk membayar listrik akan dibelanjakan untuk keperluan lainnya.

Ilustrasi meteran tarif listrik PLN

"Deflasi harusnya tidak terpengaruh diskon tarif listrik karena uang yang dihemat dari pengeluaran listrik harusnya dibelanjakan masyarakat untuk keperluan lainnya. Kalau masih deflasi juga artinya uangnya memang tidak ada atau disaving," katanya.

Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan deflasi pada Februari ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengontrol harga.

Myrdal meminta agar tidak perlu khawatir bahwa deflasi ini pertanda tidak ada kegiatan ekonomi yang bisa mendorong daya beli masyarakat. Menurutnya saat ini Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) masih tinggi. Tercatat IKK Januari 2025 ada di level optimis sebesar 127,2.

"Secara umum sih ya tidak perlu risau sih kalau kita lihat ya, karena dari sisi indeks kepercayaan konsumen juga kita masih tinggi. Dan di sisi yang lain untuk iklim inflasi kedepannya juga kemungkinan masih akan rendah ya," imbuhnya.

Dia menilai, pemerintah juga perlu mendorong agar konsumsi masyarakat meningkat. Sebab, belanja masyarakat untuk kebutuhan retail dan pakaian  kecil kontribusinya ke inflasi.

"Memang perlu juga sih ada pendorong supaya belanja konsumsi masyarakat juga meningkat, karena kalau lihat dari data yang ini kita lihat belanja masyarakat untuk kebutuhan retail ataupun pakaian ini relatif minim ya kontribusi inflasinya," katanya.

Aktivitas pedagang dan konsumen di pasar tradisional sayur dan rempah-rempah. (foto ilustrasi konsumsi masyarakat)

Photo :

  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Adapun pada Ramadhan atau Maret 2025, Myrdal memperoyeksikan inflasi akan sebesar 1,02 persem secara mtm. Sedangkan secara tahunan sebesar 0,40 persen yoy.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar membantah deflasi pada Februari 2025 ini karena turunnya daya beli masyarakat. Dijelaskannya, penyebab deflasi ini karena diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah sebesar 50 persen.

"Ini bukan karena penurunan daya beli, tetapi kan karena pengaruh dari diskon tarif listrik ini yang memberikan andil deflasi dua bulan berturut-turut. Karena ini kebijakan pemerintah melalui diskon tarif listrik 50 persen," ujar Amalia dalam konferensi pers Senin, 3 Maret 2025.

Halaman Selanjutnya

Dia menilai, pemerintah juga perlu mendorong agar konsumsi masyarakat meningkat. Sebab, belanja masyarakat untuk kebutuhan retail dan pakaian  kecil kontribusinya ke inflasi.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |