ExxonMobil Pecat 2.000 Karyawan, Raksasa Minyak Dunia Lagi Hemat Besar-besaran

3 weeks ago 9

Kamis, 2 Oktober 2025 - 15:14 WIB

Jakarta, VIVA – Industri minyak dunia tengah menghadapi tekanan besar akibat anjloknya harga minyak mentah dan persaingan ketat di pasar global. Lonjakan pasokan dari OPEC dan sekutunya membuat sejumlah perusahaan energi raksasa harus mengambil langkah efisiensi, termasuk pemangkasan tenaga kerja dalam jumlah signifikan.

ExxonMobil, salah satu perusahaan minyak terbesar asal Texas, menjadi yang terbaru dalam daftar perusahaan energi yang memangkas ribuan karyawan. 

Kebijakan ini menambah panjang daftar perusahaan minyak global yang terpaksa merestrukturisasi bisnis mereka agar tetap kompetitif dalam jangka panjang.

Melansir dari The Business Times, Kamis, 2 Oktober 2025, ExxonMobil mengumumkan akan memangkas sekitar 2.000 pekerjaan di seluruh dunia sebagai bagian dari konsolidasi kantor kecil menjadi pusat regional. Pemangkasan ini mewakili sekitar 3% hingga 4% dari total tenaga kerja global perusahaan.

Chief Executive Officer ExxonMobil, Darren Woods, dalam memo kepada karyawan menyatakan, bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya efisiensi berkelanjutan. “Perubahan yang kami umumkan hari ini akan semakin memperkuat keunggulan kami dan memperlebar jarak dengan kompetitor, membantu kami tetap memimpin selama beberapa dekade mendatang," ungkapnya.

Woods juga menyebut perusahaan sedang membuat “keputusan sulit” yang dibangun dari upaya bertahun-tahun untuk meningkatkan daya saing. ExxonMobil sendiri menolak berkomentar lebih jauh di luar isi memo tersebut.

Tren Pemangkasan di Industri Migas

Langkah ExxonMobil ini bukan yang pertama di sektor energi. Imperial Oil yang berbasis di Calgary, dengan kepemilikan hampir 70% oleh ExxonMobil, juga baru saja memangkas 20% tenaga kerjanya. 

Sementara itu, raksasa energi lain seperti Chevron, ConocoPhillips, dan BP, semuanya telah mengumumkan pemutusan ribuan pekerja dalam beberapa bulan terakhir.

Tren pemangkasan tenaga kerja ini terjadi seiring anjloknya harga minyak mentah sepanjang tahun 2025 akibat banjir pasokan dari OPEC dan mitra-mitranya.

Restrukturisasi Sejak 2019

Sejak 2019, ExxonMobil telah melakukan restrukturisasi besar-besaran di bawah kepemimpinan Woods untuk menyederhanakan struktur global perusahaan. Setelah merger dengan Mobil dua dekade lalu, ExxonMobil memiliki sembilan perusahaan fungsional yang beroperasi relatif independen, menciptakan birokrasi dan duplikasi layanan.

Kini, perusahaan telah menyatukan operasional ke dalam tiga divisi utama: produksi, pengolahan, dan energi rendah karbon. Semua divisi berbagi layanan seperti teknik, IT, dan manajemen proyek.

Restrukturisasi ini membuat ExxonMobil berhasil menghemat biaya tahunan sebesar US$13,5 miliar atau setara Rp225,45 triliun sejak 2019, lebih besar dari seluruh penghematan gabungan perusahaan minyak internasional lain. Perusahaan bahkan menargetkan peningkatan penghematan hingga 30% lagi pada akhir dekade.

Sebagian penghematan datang dari penjualan aset dan pemangkasan tenaga kerja, tetapi Woods menekankan perubahan ini juga memberi dampak positif. Ia menyebut terjadi peningkatan perawatan fasilitas utama serta berbagi praktik terbaik antarunit bisnis.

ExxonMobil juga tengah mengonsolidasikan operasional di sejumlah lokasi. Contohnya, karyawan di Brussels dan Leatherhead, Inggris, dipindahkan ke London pusat, di mana banyak trader perusahaan berbasis. Regional hub baru akan lebih fokus pada inisiatif pertumbuhan besar perusahaan, seperti proyek minyak di Guyana, LNG di sepanjang Gulf Coast, dan perdagangan global.

Sebagaimana diketahui, ExxonMobil mempekerjakan 61.000 orang secara global pada akhir 2024, atau hampir 20% lebih sedikit dibandingkan tahun 2019. Pemangkasan tambahan 2.000 pekerja ini semakin menegaskan komitmen perusahaan terhadap efisiensi dan konsolidasi jangka panjang.

Halaman Selanjutnya

Tren Pemangkasan di Industri Migas

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |