Jakarta, VIVA – Popularitas matcha, teh hijau bubuk yang digiling halus, terus meningkat di seluruh dunia. Untuk menjawab permintaan global yang semakin besar, China mempercepat produksinya, khususnya di Kota Tongren, Provinsi Guizhou, salah satu pusat produksi utama di negara ini.
Guizhou sendiri termasuk wilayah penghasil teh di China, yang populer dan merupakan produsen teh terbesar di dunia.
Sekitar tujuh tahun lalu, sebuah pabrik berskala besar di Tongren mulai memproduksi matcha secara massal, seiring tren makanan Jepang dan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat.
Pihak pabrik bahkan mengundang ahli dari Jepang untuk memberikan saran dalam pembangunan fasilitas tersebut. Di dalam pabrik, para pekerja sibuk mengemas kantong matcha jadi, kemudian melakukan pemeriksaan terakhir sebelum dikirim.
Kotak-kotak kardus berisi produk siap ekspor ditumpuk rapi menunggu pengiriman. Produksi pabrik tahun ini diperkirakan mencapai 2.000 ton, dengan 40 persen akan diekspor.
Negara tujuan utama adalah negara-negara Barat, Jepang, dan beberapa negara lain. Mayoritas matcha tersebut digunakan untuk produk olahan makanan, bukan hanya untuk konsumsi langsung sebagai minuman.
“China dan Jepang sama-sama berupaya mengembangkan budaya matcha di dunia, dan dalam hal ini, kita memiliki tujuan yang sama,” kata Deputi General Manager pabrik, Lan Fangqiang, sebagaimana dikutip dari NHK, Senin, 27 Oktober 2025.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kedua negara, meski berbeda pendekatan, memiliki visi untuk memperkenalkan matcha secara lebih luas ke pasar global. Jepang sendiri dikenal dengan matcha berkualitas tinggi dan merek-merek yang diakui dunia, sementara China berfokus pada menyesuaikan kuantitas produksi agar memenuhi permintaan global.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2025, produksi matcha di Jepang mengalami penurunan signifikan akibat cuaca ekstrem, terutama gelombang panas yang melanda Kyoto. Produksi tencha, bahan baku utama matcha, di Kyoto turun sekitar 40 persen, sementara Shizuoka mencatat penurunan 19 persen untuk pemanenan pertama (ichibancha).
Di sisi lain, Kagoshima sedikit menurun namun tetap mempertahankan volume produksi yang cukup tinggi. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya permintaan global terhadap matcha.
Halaman Selanjutnya
Lonjakan permintaan global menyebabkan ekspor matcha Jepang meningkat, mencapai 5.092 ton pada 2024, naik 18,7 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Harga tencha pun melonjak hampir dua kali lipat, mencapai ¥8.235 per kilogram atau sekitar Rp893 ribu pada April 2025.

3 hours ago
1









