Senin, 10 Maret 2025 - 11:31 WIB
VIVA – Masalah para influencer kuliner, food blogger, atau food reviewer di media sosial kini tengah memanas. Hal ini bermula dari masalah bika ambon Ci Mehong yang dikomentari secara negatif oleh Tasyi Athasyia karena menemukan hal mencurigakan seperti serangga di dalamnya.
Tasyi Athasyia juga menyarankan agar bika ambon tersebut mengembangkan resep karena adonannya kurang enak yang membuat teksturnya keras.
Komentar Tasyi Athasyia itu dinilai menjelekkan bisnis orang lain. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Tasyi Athasyia Adu Kue Lapis Legit yang Viral di TikTok
Photo :
- Tangkapan Layar YouTube Tasyi Athasyia
Kemudian muncul pernyataan dari seorang netizen yang menyebut saudara kembar Tasya Farasya itu memang kerap memberikan komentar negatif terhadap makanan hingga membuat bisnis orang lain bangkrut.
Belajar dari kasus ini, ada seorang food reviewer senior yang namanya terkenal di seluruh penjuru negeri yakni Bondan Winarno.
Bisa dikatakan bahwa almarhum adalah pelopor food reviewer di Indonesia sebelum munculnya para influencer seperti sekarang ini.
"Dulu yang pertama menjadi food blogger atau influencer itu kan Pak Bondan ya, almarhum," kata Helmy Yahya, mengutip video Instagram @dhemit_is_back02, Senin 10 Maret 2025.
Berbeda dari para food reviewer di zaman ini yang tak ragu mengulas negatif makanan dari usaha orang lain, Bondan Winarno terkenal tidak pernah menyebut dagangan orang lain dengan kata tidak enak.
Sebab sebagai food reviewer profesional, ucapan yang keluar dari mulut Bondan Winarno pasti akan dipercaya oleh masyarakat sehingga seleranya pun menjadi acuan para pecinta kuliner.
"Dia nggak pernah me-review makanan itu nggak enak. Sekali dia bilang nggak enak, selesai itu," tegas Helmy Yahya.
Menurut Helmy Yahya, Bondan Winarno punya dua kode rahasia ketika memberikan komentar terhadap makanan yang ia santap. Ia selalu menggunakan kata Maknyus dan Top Markotop.
Maknyus dikatakan oleh Bondan Winarno ketika santapannya terasa sangat lezat dan sesuai dengan seleranya, sedangkan kata Top Markotop diucapkan ketika ia hanya memberikan apresiasi terhadap makanan tersebut.
Selebihnya, rasa enak atau tidak enak sebuah makanan adalah hal yang subjektif karena selera masing-masing orang berbeda. Oleh sebab itu, Bondan Winarno tidak pernah memberikan ulasan negatif terhadap makanan.
"Dia dulu kalau nggak salah ada enak dan enak banget. Maknyus dan top markotop. Kalau nggak salah maknyus tuh enak banget, top markotop itu enak nggak pakai banget," jelas Helmy Yahya.
"Enak atau nggak enak itu sebenarnya subjektif loh, selera," tambahnya.
Dari perjalanannya menjadi food reviewer itu lah, Bondan Winarno dihormati oleh banyak orang. Dirinya juga selalu dipercaya karena hasil reviewnya tidak pernah mengecewakan.
Bagi para pemilik usaha kuliner pun, komentar dari Bondan Winarno tidak akan merugikan karena sang food reviewer tidak pernah memberikan kesan negatif.
"Pak Bondan itu dulu orang yang kita kagumi. Beliau itu dulu wartawan, tiba-tiba menjadi food reviewer, influencer. Tapi dia nggak pernah mematikan orang. Dia nggak pernah (bilang) wah ini nggak enak. Apalagi (bilang) jangan ke sini lagi, nggak pernah. Jadi kita belajar banyak," pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Berbeda dari para food reviewer di zaman ini yang tak ragu mengulas negatif makanan dari usaha orang lain, Bondan Winarno terkenal tidak pernah menyebut dagangan orang lain dengan kata tidak enak.