Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan yang menggetarkan panggung geopolitik global. Kata Trump, jika Iran tak menghentikan program senjata nuklirnya, serangan militer bukan lagi kemungkinan, melainkan opsi nyata, dan yang akan berada di garis depan adalah Israel.
“Jika itu membutuhkan militer, kami akan menggunakan militer,” tegas Trump, dikutip dari AP, Kamis 10 April 2025.
"Israel jelas akan sangat terlibat dalam hal itu. Mereka akan menjadi pemimpinnya. Kami (akan) melakukan apa yang ingin kami lakukan," tambahnya.
VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Pernyataan mengejutkan itu datang menjelang pembicaraan sensitif akhir pekan ini di Oman antara pejabat AS dan Iran, sebuah forum yang oleh Trump disebut sebagai "langsung", meskipun Teheran menyebutnya “tidak langsung”.
Ketegangan pun kian memuncak, mengingat sejarah panjang hubungan panas-dingin antara kedua negara.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap pendekatan Trump.
Meski mendukung jalur diplomasi, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tetap bersatu dengan AS dalam tujuan mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir. Bahkan, sejak 2018, Netanyahu telah menjadi arsitek utama dalam menekan Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015.
Trump sendiri mengakui bahwa tidak ada tenggat waktu pasti untuk pembicaraan ini. "Saat Anda memulai perundingan, Anda tahu, apakah itu berjalan dengan baik atau tidak,” ujarnya.
“Dan saya akan mengatakan kesimpulannya apa yang menurut saya tidak berjalan dengan baik," lanjutnya.
VIVA Militer: Ilustrasi perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran
Kesepakatan nuklir 2015 yang melibatkan Iran dan kekuatan dunia sempat dianggap sebagai terobosan damai. Namun, sejak penarikan sepihak AS dari perjanjian tersebut pada 2018 di bawah kepemimpinan Trump, yang menyebutnya kesepakatan terburuk yang pernah ada, situasi di kawasan Timur Tengah terus bergejolak.
Kini, dengan ancaman militer terbuka dan Israel digadang-gadang sebagai ujung tombaknya, dunia menantikan, apakah ini hanya gertakan diplomatik, atau awal dari babak baru konflik berskala besar?
Halaman Selanjutnya
Meski mendukung jalur diplomasi, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tetap bersatu dengan AS dalam tujuan mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir. Bahkan, sejak 2018, Netanyahu telah menjadi arsitek utama dalam menekan Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015.