Jakarta, VIVA – Industri financial technology (fintech) di Indonesia, mengalami pertumbuhan pesat dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ini didasari oleh beberapa faktor, mulai dari digitalisasi layanan keuangan, dorongan regulasi, serta adopsi teknologi baru seperti QRIS dan kecerdasan buatan (AI).
Peningkatan jumlah pengguna dan transaksi digital ini, menunjukkan bahwa layanan fintech menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Salah satunya melalui lahirnya metode pembayaran QRIS yang diperkenalkan pemerintah.
QRIS, telah mempercepat adopsi pembayaran digital, sehingga memungkinkan masyarakat dari berbagai lapisan untuk melakukan transaksi secara lebih cepat dan efisien. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, sekitar 60 persen transaksi keuangan digital terjadi melalui dompet digital.
Hal tersebut diungkapkan Chief Executive Officer (CEO) DANA, Vince Iswara. Dia mengatakan, digitalisasi sektor keuangan tidak hanya memberikan kemudahan akses, tetapi juga meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
"Layanan keuangan digital mengalami kemajuan pesat sejak lima tahun terakhir terutama sejak pemerintah meluncurkan QRIS," ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2025, Rabu, 19 Februari 2025.
Seiring dengan pertumbuhan industri ini, fintech juga berperan dalam meningkatkan inklusi keuangan. Berdasarkan data internal salah satu perusahaan fintech, sekitar 36 persen penggunanya adalah masyarakat unbanked yang sebelumnya belum pernah mengakses layanan perbankan.
Alhasil, melalui fintech, akses masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan, termasuk transaksi digital, investasi, dan pinjaman mikro, semakin terbuka. Selain itu, perusahaan fintech juga mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan, termasuk penggunaan kecerdasan buatan dan machine learning dalam mengelola data pengguna.
Saat ini, DANA sendiri mengolah hingga 4 Petabyte data per hari untuk memahami pola transaksi dan memberikan layanan yang lebih personal. “Data sering dibilang the new oil sehingga penting untuk memastikan data bisa dipakai dengan baik dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Namun, pesatnya pertumbuhan fintech juga menuntut perhatian terhadap keamanan data. Dengan meningkatnya jumlah transaksi digital, risiko kebocoran data dan penipuan online semakin tinggi.
Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan fintech tersebut menerapkan fitur keamanan seperti Smart Friction. Fitur ini, akan memberikan peringatan jika ada atau mendeteksi transaksi mencurigakan.
Halaman Selanjutnya
Alhasil, melalui fintech, akses masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan, termasuk transaksi digital, investasi, dan pinjaman mikro, semakin terbuka. Selain itu, perusahaan fintech juga mengembangkan teknologi untuk meningkatkan layanan, termasuk penggunaan kecerdasan buatan dan machine learning dalam mengelola data pengguna.