Jakarta, VIVA – Banyak orang mengandalkan indikator makroekonomi untuk memprediksi datangnya resesi, seperti inflasi, suku bunga, atau pengangguran. Namun ternyata, ada beberapa tanda tak biasa yang diam-diam ikut memberi sinyal bahwa badai ekonomi bisa saja datang lebih cepat dari perkiraan.
Uniknya, indikator ini justru berasal dari barang-barang sehari-hari, mulai dari lipstik, camilan, hingga popok bayi. Meskipun terdengar aneh, beberapa ekonom dan pelaku industri percaya bahwa perubahan pola konsumsi yang tampaknya remeh ini bisa mencerminkan kecemasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
Meski begitu, sebenarnya tidak ada indikator yang benar-benar pasti. Namun, tak ada salahnya juga untuk memahami dan memantau tanda-tanda tak biasa ini. Lantas, apa saja tanda-tanda resesi di depan mata? Berikut informasi selengkapnya seperti dirangkum dari Business Insider, Kamis, 10 April 2025.
Ilustrasi keripik/camilan.
1. Konsumsi Camilan
Penurunan konsumsi camilan ternyata menjadi salah satu indikator yang menarik. “Ada beberapa bukti bahwa orang membeli lebih sedikit camilan dan juga jenis makanan lainnya, ketika resesi melanda,” kata laporan studi tentang krisis ekonomi 2008.
Belakangan ini, masyarakat juga mulai mengurangi konsumsi camilan, diduga karena ketidakpastian terhadap masa depan ekonomi. General Mills, produsen Chex Mix dan granola Nature Valley, melaporkan bahwa penjualan kuartal ketiga mereka turun 5 persen. “Bukan hanya camilan manusia yang terkena dampaknya,” ujar CEO Jeff Harmening. “Penjualan camilan untuk hewan peliharaan kami juga menurun," tambahnya.
2. Penjualan Lipstik
Konsep lipstick index pertama kali dikenalkan oleh Leonard Lauder, ahli waris Estée Lauder, pada tahun 2001. Dia menyadari bahwa saat ekonomi Amerika terpuruk, penjualan lipstik justru meningkat. Lipstik, dianggap sebagai kemewahan yang terjangkau, jadi ketika kondisi memburuk, orang cenderung membeli lipstik daripada barang mahal lainnya.
Saat itu, penjualan lipstik meningkat 11 persen di toko-toko ritel besar. Fenomena serupa terjadi lagi saat resesi 2008, dan belakangan ini tren penjualan kosmetik melonjak seiring inflasi tinggi. Meski menarik, indikator ini tak selalu akurat, karena penjualan kosmetik juga bisa naik saat ekonomi sedang bagus.
3. Indeks Pakaian Dalam Pria
Mantan ketua Federal Reserve, Alan Greenspan, mempopulerkan men’s underwear index, gagasan bahwa pria akan berhenti membeli celana dalam baru saat ekonomi melemah. “Celana dalam pria adalah pakaian yang tak terlihat sehari-hari, jadi mereka bisa menundanya,” kata Greenspan.
Data dari Euromonitor menunjukkan penurunan penjualan celana dalam pria pada 2008 dan 2009 lalu naik lagi antara 2010–2015. Hal serupa terjadi pada 2020 saat pandemi, namun pulih pada 2021, menurut Bloomberg.
4. Panjang Rok
Diperkenalkan pada 1920-an, hemline index menyebutkan bahwa rok akan semakin pendek saat ekonomi membaik dan makin panjang saat krisis. Misalnya, miniskirt populer di tahun 1960-an ketika ekonomi melesat. Sebaliknya, saat krisis minyak 1970-an, rok panjang kembali digemari. Awal 2022, rok ultra mini sempat menjadi tren sebelum digantikan maxi skirt saat inflasi melonjak.
5. Ruam Popok Bayi
Mengurus bayi, tentu tidak murah. Misalnya saja, pengeluaran popok bisa mencapai USD500–900 per tahun. Saat krisis, para orang tua cenderung menghemat dengan mengganti popok lebih jarang. “Akibatnya, ruam popok meningkat dan penjualan salep ikut naik,” tulis The Wall Street Journal pada 2011. Namun, indikator ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti penurunan angka kelahiran atau teknologi popok yang makin canggih.
Terlepas dari indikator-indikator aneh tersebut, konsumen yang mulai menahan diri untuk berbelanja adalah tanda paling terang. Begitu yang dipaparkan Jeffrey Frankel dari Harvard Kennedy School.
Dia mengatakan, pengeluaran konsumen adalah indikator awal yang paling bisa diandalkan. “Spending mewakili sekitar 70 persen dari PDB,” ujarnya, seperti dikutip dari BBC. Jadi, ketika belanja atau daya beli masyarakat mulai tertahan, ini bisa menjadi tanda-tanda resesi yang sedang menghampiri.
Halaman Selanjutnya
2. Penjualan Lipstik