Jakarta, VIVA – Pada Rabu, 9 April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penundaan sementara tarif resiprokal selama 90 hari untuk banyak negara kecuali China. Keputusan Trump mendorong kinclongnya perdagangan global, regional maupun domestik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket hingga 322 poin atau 5,40 persen ke level 6.290 di awal pembukaan perdagangan Kamis, 10 April 2025. IHSG sempat menyentuh level tertingginya di area 6.310 dengan 1,31 miliar saham yang diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 41.550 kali, dan nilai transaksi mencapai Rp 1,18 triliun.
Bursa Asia juga menunjukkan kenaikan pesat dipimpin lonjakan indeks Nikkei 225 sebesar 8,24 persen. Indeks Kospi Korea Selatan ikut mencart kenaikan sebesar 4,8 persen dan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 5,09 persen.
Wall Street turut membukukan penguatan bahkan disebut-disebut menjadi reli tertinggi sejak 2008. Pernyataan Trump yang diumumkan pada pukul 1:18 siang waktu Timur mendorong indeks Dow Jones Industrial Average melonjak lebih dari 2.000 poin.
Ilustrasi Indeks Wall Street
Berdasarkan pantauan VIVA di RTI, lima saham emiten bank besar yang tergabung dalam Himbara (Himpunana Bank Milik Negara) kinclong selaras kenaikan IHSG. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melesat 6,69 persen atau 315 poin ke level 5.025.
Selanjutnya, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melonjak sebesar 5,20 persen atau 210 poin menjadi 4.250. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul kenaikan sebanyak 180 poin atau 4,96 persen sehingga menebus level 3.810.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menempati peringkat keempat dengan lompatan harga sahamnya sebesar 4,42 persen atau 350 poin menjadi 8.275. Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menguat sebesar 4,24 persen atau 35 poin ke level 860.
Dikutip berita VIVA pada Selasa, 8 April 2025, penurunan tajam menghantam emiten Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang notabennya adalah saham-saham dengan kapitalisasi besar. Tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada akhir pekan memantik aksi jual besar-besaran karena kekhawatiran investor yang menyebabkan tekanan lanjutan di pasar modal domestik.
Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) merosot sebesar 10,73 persen atau 95 poin menjadi 790. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terkoreksi sebesar 13,21 persen atau 560 poin ke level 3.680.
Adapun saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami penurunan paling dalam, yakni 14,57 persen atau 590 poin ke posisi 3.460. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mengalami nasib yang sama. Saham BBCA anjlok sebesar 12,94 persen atau 1.100 poin sehingga jatuh ke posisi 7.400.
Dinamika saham ini dinilai sebagai respons positif atas keputusan Presiden Donald Trump untuk menurunkan tarif impor bagi sebagian besar negara mitra dagang AS menjadi 10 persen selama 90 hari ke depan. Tujuannya guna memberikan waktu bagi berbagai upaya negosiasi perdagangan AS dengan negara-negara tersebut.
"Jeda 90 hari memicu pemulihan yang hebat dan penundaan penerapan tentu saja menghilangkan beban besar dari pasar," ujar Founder Vital Knowledge, Adam Crisafulli, dikutip dari CNBC Internasional pada Kamis, 10 April 2025.
Halaman Selanjutnya
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menempati peringkat keempat dengan lompatan harga sahamnya sebesar 4,42 persen atau 350 poin menjadi 8.275. Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menguat sebesar 4,24 persen atau 35 poin ke level 860.