Jakarta, VIVA – Kontribusi berbagai pihak sangat diperlukan guna mensukseskan program hilirisasi dan nol emisi karbon pada 2060 yang digaungkan pemerintah. PT Bukit Asam (PTBA) bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai pilot project konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion).
Kolaborasi kedua instansi merupakan wujud dukungan terhadap kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara, menjaga ketahanan energi nasional, serta mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri. Peluncuran perdana (soft launching) pilot project tersebut telah berlangsung di Kawasan Industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024.
"Pilot project konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet ini dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam hilirisasi batu bara," tulis Sekretaris Perseroan, Niko Chandara dikutip dari keterangan resmi pada Sabtu, 3 Mei 2025.
Perseroan juga berkomitmen mendukung program pemerintah lain, di mana menargetkan Net Zero Emission pada 2060. PTBA telah menjalankan sejumlah program untuk mendukung dekarbonisasi guna mempertegas visinya menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
Ilustrasi energi terbarukan / ramah lingkungan.
Photo :
- Perfect Sense Energy
Dari sisi operasional, Niko menjelaskan perusahaan mengimplementasikan Good Mining Practice dan Eco Mechanized Mining, yaitu mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik.
Beberapa alat berbasis listrik yang telah digunakan PTBA di antaranya Ekskavator Listrik berjenis Shovel PC-3000, Dump Truck sekelas 100 Ton hybrid (Diesel dan Listrik), dan Pompa Tambang berbasis Listrik.
PTBA juga telah mengoperasikan bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan Unit Pertambangan Tanjung Enim. Emiten baru bara ini juga mengadopsi E-Mining Reporting System, yaitu sistem pelaporan produksi secara real time dan daring sehingga mampu meminimalkan pemantauan konvensional yang menggunakan bahan bakar.
Komitmen perusahaan dalam manajemen karbon dilakukan dengan mengembangkan lahan basah buatan (constructed wetland). Tujuan guna menghilangkan bahan pencemar seperti logam berat dan mampu menetralkan air asam tambang.
"Program-program dekarbonisasi ini merupakan bagian dari roadmap manajemen karbon PTBA hingga tahun 2060 yang akan terus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan di setiap lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal," jelas Niko.
Selain menggandeng BRIN, perseroan juga bekerja sama dengan beberapa pihak dalam mengembangkan energi terbarukan.
PTBA bersama PT Angkasa Pura II (Persero) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bandara Soekarno-Hatta yang sudah beroperasi penuh sejak Oktober 2020. PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt- peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).
PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022. Perusahaan pun bekerja sama dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dalam pembangunan PLTS berkapasitas 23,07 kWp yang mencapai tahap COD pada Juni 2023.
Halaman Selanjutnya
PTBA juga telah mengoperasikan bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan Unit Pertambangan Tanjung Enim. Emiten baru bara ini juga mengadopsi E-Mining Reporting System, yaitu sistem pelaporan produksi secara real time dan daring sehingga mampu meminimalkan pemantauan konvensional yang menggunakan bahan bakar.