Jakarta, VIVA – Pembentukan superholding investasi negara, Danantara Indonesia, dinilai berpotensi menarik minat investor asing. Danantara ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan target investasi yang mencapai lebih dari 900 miliar dolar AS atau sekira Rp14.400 triliun (kurs Rp16.000).
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menilai, bahwa dari sisi kebutuhan investasi, Danantara bisa menjadi solusi untuk menutup gap pembiayaan, guna mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
“Dari sisi matching asset sama kebutuhan investasinya, itu sebenarnya sudah matching, jadi ini menjadi faktor penarik sendiri. Kalau berdasarkan hitungannya kemarin kan sebenarnya USD900 miliar dolar ya, Rp14.000 triliun. Kalau kita lihat, bandingkan dengan kebutuhan investasi kita untuk mencapai 8 persen, itu Rp13.500 triliun dan baseline-nya sebenarnya Rp10.000 triliun," kata Fithra dalam diskusi bertajuk 'Investasi adalah Koentji, Realistiskah Pertumbuhan 8 persen' yang digelar di Jakarta.
Artinya, sambung dia, modal yang ada, sudah cukup memancing investasi asing untuk masuk ke Indonesia. Namun, dia juga mengingatkan bahwa penggunaan dividen BUMN sebagai sumber modal Danantara, dapat berpotensi mengurangi penerimaan negara.
“Memang ada sedikit problem ya dari sisi dividen itu. Dividen itu, ketika digunakan untuk misalnya pengelolaan Danantara, berarti ada foregone earnings dari APBN. APBN sendiri akan kehilangan potensi antara Rp80-100 triliun, bahkan sampai Rp150 triliun. Nah, itu menambalnya dari mana? Itu harus dipikirkan lagi,” jelasnya.
Meskipun begitu, Fithra menilai keputusan ini merupakan 'pengorbanan' yang perlu diambil. “Tapi menurut saya, ini adalah pengorbanan yang harus dilakukan juga, karena Danantara biar bagaimana kan harus dimulai. Kita anggap waktunya nggak lama, terbatas, window of opportunity terbatas, paling cuma sampai 2038, setelah itu selesai," ujarnya.
Senada dengan itu, mantan ekonom INDEF yang kini menjabat sebagai Senator DPD RI, Mirah Midadan Fahmid, juga menilai bahwa Danantara bisa menjadi titik balik bagi Indonesia jika dikelola dengan baik.
“Sangat menarik jika kebijakannya tepat dan aturan mainnya jelas. Ini bisa menjadi game changer bagi Indonesia dan dunia, karena modal yang masuk bisa sangat besar,” kata Mirah.
Sebagaimana diketahui, Danantara sendiri rencananya akan diluncurkan secara resmi pada 24 Februari 2025. Pemerintah berharap badan pengelola investasi ini mampu mengoptimalkan aset negara untuk mendukung proyek-proyek strategis, sekaligus menjadi magnet bagi investor asing.
Halaman Selanjutnya
Senada dengan itu, mantan ekonom INDEF yang kini menjabat sebagai Senator DPD RI, Mirah Midadan Fahmid, juga menilai bahwa Danantara bisa menjadi titik balik bagi Indonesia jika dikelola dengan baik.