Mata Uang Ini Jadi Incaran Investor Usai Kebijakan Tarif Trump Bikin Geger, Aman Hadapi Resesi?

1 week ago 11

Selasa, 8 April 2025 - 12:33 WIB

Jakarta, VIVA – Ketika perekonomian global  gonjang-ganjing karena kebijakan tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump, para investor tampak langsung bereaksi. Para analis menyebut, yen Jepang dan franc Swiss, kini menjadi pelindung utama terhadap risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan Trump.

“Yen Jepang akan menjadi pilihan yang bagus, bahkan mungkin yang terbaik, untuk berlindung dari ketegangan dagang dan potensi resesi di AS,” kata Ebrahim Rahbari, kepala strategi suku bunga di Absolute Strategy Research, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa, 8 April 2025.

Dia menjelaskan, yen saat ini tergolong murah, dan potensi penurunan suku bunga AS akan mempersempit selisih suku bunga dengan Jepang. Selain itu, meskipun Jepang adalah negara pengekspor besar, ketergantungan totalnya pada perdagangan kini lebih rendah karena kebijakan fiskal yang longgar.

Data dari LSEG mencatat, yen telah menguat sekitar 3 persen terhadap dolar AS sejak 2 April. Selain yen, Rahbari juga menambahkan bahwa franc Swiss menjadi 'kandidat' atau alternatif lainnya sebagai lindung nilai investasi. Franc, tercatat menguat lebih dari 3 persen menjadi 0.846 terhadap dolar AS,  tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS

“Baik yen Jepang maupun franc Swiss adalah mata uang yang bagus untuk meredam reaksi pasar terhadap tarif,” ungkap Matt Orton, kepala solusi penasihat dan strategi pasar di Raymond James Investment Management.

Orton menilai, franc Swiss sebagai lindung nilai yang lebih unggul dibanding yen, karena masih adanya ketidakpastian soal arah suku bunga Bank of Japan (BOJ). Sementara itu, Jeff Ng dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation mengatakan, yen biasanya tampil baik saat terjadi resesi global.

“Bahkan jika dunia tidak mengalami resesi parah, yen masih bisa menguat karena BOJ kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut di tengah pelonggaran oleh bank sentral lainnya,” katanya.

Meski begitu, Ng juga mengingatkan bahwa ekonomi Jepang bisa terguncang akibat tarif Trump, terutama untuk sektor otomotif dan komponennya. Jika ekonomi melambat, BOJ akan cenderung mempertahankan suku bunga rendah, yang pada akhirnya bisa melemahkan yen.

Rahbari juga menyebut kemungkinan lindung nilai yang lebih “eksotis” di luar aset aman klasik, seperti real Brasil. “Idenya adalah real tergolong murah, menawarkan imbal hasil tinggi, dan relatif tidak terlalu terpapar perdagangan global,” ujarnya. "Real juga menjadi salah satu mata uang dengan performa terbaik tahun ini," tambah dia.

Selain mata uang, investor juga mulai membanjiri instrumen berisiko rendah seperti obligasi dan kas. Menurut José Torres, ekonom senior di Interactive Brokers, pasar saat ini didominasi oleh posisi 'risk-off', di mana investor melepas saham demi obligasi, emas batangan, kontrak berjangka dolar AS, minyak mentah, opsi volatilitas, derivatif indeks saham, hingga kontrak prediksi.

Harga emas sendiri melonjak ke rekor tertinggi setelah pengumuman tarif tersebut. Meskipun sedikit terkoreksi, harga logam mulia ini tetap tinggi dan diperkirakan masih bisa naik. 

“Emas tetap terdorong oleh ketidakpastian dagang, ketegangan geopolitik, lemahnya dolar AS, peningkatan pembelian oleh bank sentral, dan meningkatnya risiko resesi,” kata analis BMI.

Halaman Selanjutnya

“Bahkan jika dunia tidak mengalami resesi parah, yen masih bisa menguat karena BOJ kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut di tengah pelonggaran oleh bank sentral lainnya,” katanya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |