Menag Buka Lomba Baca Kitab Kuning: Kita Angkat Tema Rawat Lingkungan dan Jaga Perdamaian

3 weeks ago 8

Kamis, 2 Oktober 2025 - 19:22 WIB

Wajo, VIVA – Menteri Agama Nasaruddin Umar secara resmi membuka Lomba Membaca Kitab Kuning atau Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 di Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). Ajang ini menjadi momentum penting bagi santri Indonesia untuk berkompetisi membaca kitab kuning bersama peserta dari berbagai negara.

"Merawat lingkungan, dan menjaga perdamaian adalah tema kita. Kaitannya dengan perubahan iklim dan persoalan perang yang harus segera diakhiri," kata Menag Nasaruddin Umar dalam keterangannya yang diterima VIVA, Kamis (2/10/2025) saat membuka MQK Internasional di Wajo.

Menag menegaskan, MQK bukan sekadar lomba, melainkan forum silaturahmi antar-ulama, santri, dan akademisi lintas negara. Ia mengingatkan bahwa dampak perubahan iklim bahkan jauh lebih mematikan dibanding konflik bersenjata.

Menteri Agama Nasaruddin Umar saat membuka Acara MQKI 2025

“Jika perang menelan 67 ribu korban jiwa per tahun, maka perubahan iklim telah merenggut hingga empat juta jiwa per tahun. Ini jumlah yang sangat besar dan harus menjadi perhatian kita," tuturnya.

Menurutnya, kerusakan alam yang terjadi saat ini tidak terlepas dari perilaku manusia. Karena itu, bahasa agama harus ikut mengambil peran dalam mengingatkan dan memberi solusi.  "Di sinilah perlunya bahasa agama mengambil peran," tegas Menag.

Ia juga mengajak peserta untuk menggali kembali ajaran klasik (turats) tentang pelestarian alam. “Mari kita eksplorasi ajaran turats tentang pelestarian lingkungan," ujarnya.

"Kini saatnya Kemenag mensponsori apa yang kami sebut sebagai ekoteologi, yakni kerjasama antara manusia, alam, dan Tuhan,” lanjutnya.

Selain mengusung misi ekoteologi, Menag menegaskan MQK Internasional juga menjadi diplomasi budaya pesantren untuk memperlihatkan wajah Islam rahmatan lil-‘alamin ke dunia internasional. “Pesantren adalah poros perdamaian. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam Indonesia tumbuh dengan dakwah yang ramah, penuh persaudaraan, dan menghormati budaya,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menambahkan bahwa ada tiga hal istimewa dalam MQK kali ini. Pertama, untuk pertama kalinya MQK dilaksanakan di level internasional dengan melibatkan negara-negara ASEAN. Kedua, seluruh mekanisme pelaksanaan menggunakan sistem digital. Ketiga, ajang perdana ini digelar di kawasan Indonesia Timur, tepatnya di Wajo.

Acara pembukaan berlangsung meriah dengan penampilan seni budaya Bugis-Makassar dan orkestra lagu tradisional. Ribuan warga hadir menyaksikan momen yang disebut Menag sebagai “sangat bersejarah”.

Total, MQK Internasional 2025 diikuti 798 santri semifinalis dari seluruh Indonesia serta 20 peserta dari tujuh negara ASEAN. Thailand dan Filipina hadir sebagai observer.

Dalam sambutannya, Menag juga menyinggung semangat peradaban Islam masa keemasan (Golden Age).

“Sejarah mencatat, pada masa Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad, lahir ilmuwan besar seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Farabi, hingga Ibnu Rusydi," ujarnya.

"Kita berharap MQK Internasional dapat melahirkan kembali generasi ilmuwan muslim yang bukan hanya piawai membaca kitab, tetapi juga mampu memberi solusi atas tantangan zaman, menjaga perdamaian, dan melestarikan lingkungan,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

Selain mengusung misi ekoteologi, Menag menegaskan MQK Internasional juga menjadi diplomasi budaya pesantren untuk memperlihatkan wajah Islam rahmatan lil-‘alamin ke dunia internasional. “Pesantren adalah poros perdamaian. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam Indonesia tumbuh dengan dakwah yang ramah, penuh persaudaraan, dan menghormati budaya,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |