Jakarta, VIVA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus melaju pesat dan mulai memengaruhi berbagai sektor di Indonesia. Transformasi digital kini tidak hanya menjadi tren, tetapi kebutuhan nyata bagi perusahaan di berbagai industri seperti Financial Services Industry (FSI), kesehatan, pendidikan, logistik, ritel, minyak dan gas, hingga manufaktur.
Di sektor FSI, AI telah dimanfaatkan untuk mendeteksi potensi penipuan, meningkatkan keamanan transaksi, hingga memberikan layanan pelanggan berbasis chatbot yang responsif. Di bidang kesehatan, teknologi AI mendukung analisis data medis, mempercepat diagnosis penyakit, serta meningkatkan efisiensi layanan rumah sakit.
Sementara di dunia pendidikan, sistem pembelajaran adaptif berbasis AI membantu guru memahami kebutuhan belajar setiap siswa secara lebih personal.
Industri logistik dan ritel juga tidak ketinggalan. AI kini digunakan untuk mengoptimalkan rantai pasok, mengatur inventori, dan memberikan pengalaman belanja yang lebih personal melalui analisis perilaku konsumen.
Sementara di sektor minyak dan gas, penerapan predictive maintenance berbasis AI membantu meminimalkan risiko kerusakan mesin dan meningkatkan efisiensi produksi. Sedangkan di manufaktur, otomasi berbasis AI mempercepat proses produksi sekaligus menekan biaya operasional.
Namun, di tengah kemajuan pesat ini, muncul pula kekhawatiran di masyarakat mengenai potensi AI menggantikan peran manusia. Banyak yang khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh mesin. Meski demikian, para ahli menegaskan bahwa kunci utama bukanlah menolak teknologi, melainkan beradaptasi dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kapabilitas manusia.
Agus William Karyadi, Country Manager Comstor Indonesia—perwakilan dari Westcon-Comstor Indonesia—menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan manusia di era AI.
“Melalui Westcon-Comstor Indonesia Tech Summit tahun ini, kami ingin menegaskan bahwa masa depan bukan tentang menggantikan manusia dengan AI, tetapi bagaimana kita mempersiapkan diri agar mampu berkembang bersama teknologi. Dengan enam pilar utama, mulai dari transformasi digital hingga budaya inovasi, kami mendorong perusahaan di Indonesia untuk menjadi lebih tangkas, aman, dan siap menghadapi perubahan teknologi secara berkelanjutan,” tutur Agus, dalam keterangannya.
Perubahan besar yang dihadirkan oleh AI menuntut organisasi untuk mengedepankan agility, membangun budaya inovasi yang terbuka terhadap eksperimen, serta memperkuat kolaborasi lintas industri. Ketiga aspek ini menjadi fondasi penting agar perusahaan tetap relevan dan mampu bersaing di era digital yang terus berevolusi.
Halaman Selanjutnya
Pada akhirnya, adaptasi menjadi kunci utama. Bukan siapa yang paling kuat atau paling pintar yang bertahan, melainkan siapa yang paling cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi. Acara Westcon-Comstor Tech Summit 2025: Enabling Organisations to Be Future Ready menjadi ajang strategis yang mempertemukan para pemimpin industri, profesional IT, serta berbagai penyedia solusi terkemuka untuk membahas strategi dan inovasi dalam menghadapi lanskap digital yang terus berkembang.

4 weeks ago
9









