Jakarta, VIVA – Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran memicu lonjakan harga minyak dunia mendekati level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Beberapa analis memprediksi harga minyak global dapat menembus US$120 atau Rp 1,9 juta (estimasi kurs Rp 16.390 per dolar AS) per barel.
Eskalasi perang di Timur Tengah semakin panas di mana Iran terus menggempur Israel dengan rudal balistik. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu Israel turun tangan melancarkan serangan langsung ketiga situs nuklir Iran, yaitu Fordow, Natanz dan Esfahan pada Minggu, 22 Juni 2025.
Dikutip ABC News pada Senin, 23 Juni 2025, situasi ini menimbulkan kekhawatiran investor akan potensi meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah, yang merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia. Para pengamat pasar mengkhawatirkan kenaikan harga minyak akan menimbulkan lonjakan harga bahan bakar dalam beberapa hari ke depan.
Salah satunya diproyeksi akan berdampak langsung terhadap harga bensin di Amerika Serikat, terutama menjelang musim liburan yang dimulai pada 4 Juli mendatang. Para analis mengungkap dampak paling buruk dari kenaikan harga minyak global adalah mengganggu rantai pasokan minyak.
Labirin dan katup minyak mentah Departemen Energi AS
Photo :
- ANTARA/REUTERS/Richard Carson/am
Head of Petroleum Analysis di GasBuddy, Patrick de Haan, mengungkap rata-rata harga bensin nasional di AS telah naik menjadi US$3,19 per galon atau meningkat 7 sen dalam sepekan terakhir. Ia menyampaikan, harga tersebut kemungkinan bisa naik hingga US$3,40 atau sekitar 6 persen lagi.
“Harga bensin telah naik di 49 dari 50 negara bagian AS dalam sepekan terakhir, kecuali California yang mengalami penurunan karena penyelesaian masalah di kilang-kilangnya,” tulis Patrick de Haan melalui akun X resminya.
De Haan memperhitungkan harga rata-rata satu galon gas di AS akan melonjak hingga US$3,40. Artinya naik 6 persen yang diakibatkan perang Israel-Iran.
Head of Near-Term Oil Analysis di S&P Global Commodity Insights, Richard Joswick, mengungkap kenaikan ini bisa bersifat sementara dan tergantung pada arah eskalasi konflik.
“Ketika Iran dan Israel bertukar serangan terakhir kali, harga minyak melonjak, kemudian turun kembali saat keduanya memilih untuk tidak meningkatkan ketegangan dan tidak berdampak pada pasokan minyak," jelasnya.
Lebih lanjut, Profesor Teknik Perminyakan di University of Houston, Ramanan Krishnamoorti, membeberkan skenario lain yang mungkin terjadi. Di mana jika konflik berlanjut hingga mengganggu infrastruktur minyak Iran atau arus pengiriman melalui Selat Hormuz harga bisa melonjak drastis. Mengingat lokasi tersebut merupakan rute perdagangan yang mengangkut sekitar 20 persen pasokan minyak ke seluruh penjuru dunia.
“Jika kita melihat adanya hambatan di Selat Hormuz, kita akan melihat lonjakan besar dalam harga minyak, dan itu akan berdampak pada segala aspek di AS,” ujarnya.
Krishnamoorti memprediksi harga minyak bisa melonjak dari US$73 menjadi US$120 per barel jika infrastruktur Iran terganggu atau pengiriman melalui Selat Hormuz terhambat. Artinya harga minyak global membukukan kenaikan lebih dari 60 persen sehingga harga bensin rata-rata di AS dapat melampaui US$5 per galon.
Berdasarkan data Oil Price pada Senin, 23 Juni 2025, harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), tercatat naik 0,46 persen menjadi US$73,84. Minyak mentah Brent (Brent crude) dijual seharga US$77.01, minyak mentah Murban (Murban crude) diperdagangkan di kisaran US$77.39 sedangkan harga gas alam (natural gas) senilai US$3.847
Prediksi Krishnamoorti sejalan dengan laporan dari firma manajemen aset, Lazard, yang memperingatkan kemungkinan eskalasi lebih lanjut terutama serangan yang diarahkan ke fasilitas energi di daerah teluk maupun upaya menutup sementara Selat Hormuz. Dalam memonya, Lazard menuliskan skenario ini akan memicu kenaikan harga hingga di atas US$120 per barel.
Krishnamoorti menegaskan, hasil akhir dari situasi ketegangan geopolitik ini masih belum dapat dipastikan. Satu hal yang ia soroti adalah harga bahan bakar minyak (BBM) akan tetap naik meski harga minyak global stabil.
“Kita mungkin baru melihat puncak gunung es dari kenaikan harga ini. Tapi jika harga minyak tetap pada level saat ini, dampaknya hanya akan menjadi lonjakan kecil bagi harga bensin,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
De Haan memperhitungkan harga rata-rata satu galon gas di AS akan melonjak hingga US$3,40. Artinya naik 6 persen yang diakibatkan perang Israel-Iran.