Teheran, VIVA – Sejumlah pesawat Boeing 747 dilaporkan terekam radar meninggalkan wilayah Tiongkok menuju Iran dalam sepekan terakhir.
Laporan itu memunculkan dugaan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara diam-diam membantu Iran di tengah gempuran Israel terhadap fasilitas nuklir negara tersebut.
Bendera China (Ilustrasi)
Mulai 14 Juni lalu, FlightRadar24 mencatat sedikitnya lima penerbangan dari Tiongkok menuju Iran. Menurut laporan The Telegraph, pesawat-pesawat kargo misterius ini tampak melintasi wilayah utara Tiongkok, masuk ke Kazakhstan, lalu melanjutkan ke selatan melalui Uzbekistan dan Turkmenistan, sebelum akhirnya menghilang dari radar saat mendekati wilayah udara Iran.
Menariknya, dokumen penerbangan menyebutkan bahwa tujuan akhir pesawat-pesawat tersebut adalah Luksemburg. Namun, data pelacakan memperlihatkan bahwa tidak satu pun dari penerbangan itu terdeteksi memasuki wilayah udara Eropa.
Situasi ini memunculkan spekulasi bahwa pesawat-pesawat tersebut digunakan untuk memindahkan kargo sensitif atau personel penting ke lokasi yang lebih aman, seiring meningkatnya risiko serangan terhadap Iran.
Beberapa analis menyebut bahwa pola penerbangan tersebut menjadi sinyal keterlibatan Tiongkok dalam mendukung Iran, sekutu lamanya.
“Saya pikir penting untuk mengingat hubungan yang sudah ada. Empat puluh tiga persen kebutuhan minyak dan gas Tiongkok berasal dari Timur Tengah, dan sebagian besar dari Iran,” kata Robert Greenway, Direktur Pusat Pertahanan Nasional di Heritage Foundation, dikutip dari Fox News, Selasa 24 Juni 2025.
“Mereka membeli minyak yang dikenai sanksi di bawah harga pasar, yang membantu menopang ekonomi Tiongkok dan ambisi militernya. Jadi, itulah hubungan utamanya. Mereka memang sangat diam tentang konflik ini, tapi diam-diam juga membantu Iran,” ujarnya.
Greenway juga mengungkap bahwa ledakan hebat di pelabuhan Bandar Abbas sebulan lalu diduga berasal dari propelan padat buatan Tiongkok untuk rudal, yang menimbulkan kerusakan besar.
"Saya tidak akan heran jika saat ini Tiongkok membantu Iran memindahkan material, personel, atau aset penting rezim ke lokasi yang lebih aman. Sampai titik tertentu, mereka tampaknya siap menanggung risiko demi menjaga hubungan strategis tersebut," paparnya.
Pada 2021, Fox News melaporkan bahwa Teheran dan Beijing telah menandatangani kesepakatan kerja sama selama 25 tahun. Kesepakatan itu disebut sebagai langkah besar menuju hubungan strategis jangka panjang.
“Ini lebih dari sekadar perjanjian di atas kertas,” kata Mohammad Marandi, profesor di Universitas Teheran yang dikenal dekat dengan pemerintah Iran.
“Kemitraan ini penting karena membuka jalan bagi hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan. Ini juga pesan kepada AS: semakin mereka mencoba mengisolasi Iran dan Tiongkok, semakin erat hubungan di antara kedua negara ini.”
Meski demikian, tidak semua pihak percaya penerbangan tersebut berkaitan dengan aktivitas militer. Tuvia Gering, peneliti dari Dewan Atlantik, membagikan klarifikasi di platform X. Menurut Gering, seorang pakar penerbangan menyebut penerbangan itu sebagai hal yang biasa.
“Ada penerbangan kargo reguler dari perusahaan asal Luksemburg yang memang melayani rute dari beberapa kota di Tiongkok ke Eropa, dengan transit di Turkmenistan, hanya beberapa kilometer dari perbatasan Iran,” tulisnya.
Ia menjelaskan bahwa beberapa situs pelacakan penerbangan memang kehilangan sinyal sesaat sebelum pendaratan dan menunjukkan rute proyeksi yang tampak melintasi Iran.
“Tapi kenyataannya, pesawat itu mendarat di Ashgabat dan lepas landas kembali beberapa jam kemudian. Melihat riwayat rutenya, mereka memang tidak pernah masuk ke Iran,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menambahkan, “Sulit dibayangkan perusahaan logistik besar dari Eropa menjadi jalur rahasia bagi pengiriman senjata strategis atau barang-barang ultra-rahasia dari Tiongkok ke Iran.”
Sementara itu, ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat. Amerika Serikat tengah mempertimbangkan kemungkinan keterlibatan langsung dalam konflik.
Presiden AS Donald Trump saat menghadiri KTT G7 Kanada
Photo :
- Suzanne Plunkett/Pool Photo via AP
Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dan dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin pertahanan nasional pada Kamis.
“Ya, saya mungkin akan bertindak. Mungkin juga tidak. Tak seorang pun tahu pasti. Yang jelas, Iran sedang dalam banyak masalah, dan mereka ingin bernegosiasi,” kata Trump.
“Saya katakan, kenapa Anda tidak bernegosiasi dengan saya sebelum semua kehancuran ini terjadi? Kenapa tidak dua minggu lalu? Anda mungkin masih punya negara. Sangat menyedihkan melihat semua ini terjadi.”
Halaman Selanjutnya
“Saya pikir penting untuk mengingat hubungan yang sudah ada. Empat puluh tiga persen kebutuhan minyak dan gas Tiongkok berasal dari Timur Tengah, dan sebagian besar dari Iran,” kata Robert Greenway, Direktur Pusat Pertahanan Nasional di Heritage Foundation, dikutip dari Fox News, Selasa 24 Juni 2025.