Jakarta, VIVA – Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik, menanggapi polemik proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh yang kembali ramai diperbincangkan setelah muncul pernyataan berbeda dari dua pejabat pemerintah, yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi.
Budi Arie sebelumnya menyebut proyek Whoosh dalam kondisi aman dan berjalan baik. Namun, Luhut menyatakan bahwa proyek tersebut sejak awal sudah bermasalah, bahkan menyebutnya “busuk dari awal saya terima sudah busuk”.
Menanggapi hal itu, Waketum Projo, Freddy menilai pernyataan Luhut tak lepas dari realita di lapangan bahwa sejak awal proyek ini memang menghadapi banyak kendala. Namun, menurutnya, itu bukan berarti proyek Whoosh gagal atau bermasalah secara fatal.
“Kan sudah disampaikan bahwa memang prosesnya di awal ini banyak kendala segala macam, itu maksudnya yang dimaksudnya kan seperti itu,” ujar Freddy dikutip tvOne, Selasa 28 Oktober 2025.
Wakil Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo), Freddy Alex Damanik (tengah)
Freddy menegaskan bahwa restrukturisasi utang Whoosh merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis. Ia menyebut langkah itu dilakukan karena proyek tersebut sudah mencatatkan kinerja operasional positif, meski belum mampu menutup beban bunga utang.
“Dalam bisnis sangat biasa strategi restruk itu. Utangnya segitu, cuma bayarannya diperpanjang. Operasionalnya sudah untung, bicara EBITDA ini sudah positif. Dari penjualan tiketnya sudah bisa membiayai operasional perusahaannya,” jelasnya.
Freddy menambahkan, dengan kondisi EBITDA yang positif, maka restrukturisasi menjadi langkah rasional agar beban keuangan dapat lebih proporsional. Menurutnya, kondisi itu menunjukkan bahwa proyek Whoosh bukanlah beban negara, melainkan aset yang sudah mulai produktif.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya melakukan kajian dan evaluasi mendalam sebelum memperluas pembangunan jalur cepat menuju Surabaya. Ia juga mengingatkan agar kesalahan yang terjadi di proyek tahap awal tidak terulang kembali.
“Kalau masuk ke lubang yang sama lagi ya sudah dipenjarakan saja semua orang-orang itu. Ada pembelajaran yang mahal di sini, tetapi apakah itu korupsi? Kan belum tentu,” tegas Freddy.
Halaman Selanjutnya
Freddy juga menyoroti pandangan publik terhadap keputusan Presiden Joko Widodo yang memilih China sebagai mitra pembangunan KCJB atau Whoosh. Ia menilai keputusan tersebut tak semata bisnis, melainkan juga bagian dari strategi geopolitik Indonesia.

4 weeks ago
8









