Tegas! Prabowo Minta RI Tak Lagi Manja pada Sistem Ekonomi AS: Harus Berdiri di Atas Kaki Kita Sendiri

1 week ago 8

Jakarta, VIVA – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan pernyataan tegas mengenai ketergantungan Indonesia terhadap sistem ekonomi yang selama ini banyak mengikuti pola Amerika Serikat

Dalam sebuah pertemuan dengan enam pemimpin redaksi media nasional, ia menekankan bahwa Indonesia sudah terlalu bergantung atau “manja” dengan pola ekonomi yang diajarkan AS selama beberapa dekade terakhir.

Pernyataan ini muncul menyusul keputusan pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump untuk menerapkan tarif dagang baru. Dampaknya cukup signifikan, terutama bagi empat sektor industri padat karya di Indonesia, yaitu industri tekstil, sepatu, garmen, dan furnitur.

Presiden RI Prabowo Subianto

"Yang kena adalah industri tekstil, sepatu, garmen dan furnitur. Ini berat karena ini padat karya, tapi kita akan cari jalan keluar, kita harus berani mencari pasar baru," kata Prabowo yang dikutip dari tayangan tvOne pada Selasa, 8 April 2025.

Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia sejak lama sudah menjadi pengikut setia dari sistem ekonomi berbasis pasar bebas dan globalisasi yang dikembangkan oleh Amerika. Ia menilai, Indonesia terlalu lama berada dalam posisi yang hanya mengikuti arahan tanpa membangun kemandirian ekonomi yang kuat.

"Kita ini terlalu manja juga sih, kita itu selama ini tertarik oleh ekonomi Amerika, karena ini kan sistem ekonomi yang Amerika ajarkan kepada kita kan, free market, globalization, ya kan, borders, mereka ajarkan kita, kita murid yang setia. We follow what they teach us, all the time, The 60s (tahun 1960an), 70s, 80s, 90s, 98, 99, kita ikut. Paling setia, paling loyal," tambahnya.

Presiden RI Prabowo Subianto.

Ia juga mengingatkan bahwa perubahan arah kebijakan dari negara-negara besar seperti Amerika tidak hanya berdampak pada Indonesia. Negara-negara lain, mulai dari Eropa hingga Asia dan Australia pun turut merasakan tekanan ekonomi yang sama.

"Kalau begitu, sekarang situasi berubah, dan memang benar situasi berubah dan itu yang saya sudah ingatkan bertahun-tahun, tolong buka rekam digital saya. Saya sudah ingatkan, saudara-saudara sekalian, Indonesia harus berdiri di atas kaki kita sendiri, tapi orang bilang oh 'retorika' tidak, saya dari dulu sudah sadar, sudah mengerti bahwa suatu saat no body is going to help us, Tidak ada yang akan bantu kita kecuali diri kita sendiri dan ini realita," tegas Prabowo. 

Dalam pandangannya, tidak ada negara yang akan terus-menerus membantu negara lain. Karena itu, setiap bangsa harus mampu merancang dan mengelola masa depan ekonominya sendiri. 

"Tidak ada yang bantu India, tidak akan ada yang bantu Vietnam, tidak akan ada yang bantu, setiap negara harus mengurus dirinya sendiri," tandasnya.

Namun demikian, Prabowo menekankan bahwa hubungan diplomatik dan ekonomi dengan AS tetap dijaga. Ia bahkan telah menugaskan Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, untuk pergi ke Washington dan memulai pembicaraan serta negosiasi dengan pihak AS. Sementara dirinya akan melakukan kunjungan ke Eropa pada awal Mei untuk tujuan serupa.

Prabowo juga mengakui bahwa kebijakan AS sebenarnya memiliki dasar karena mereka ingin melindungi ekonomi dalam negerinya. 

"Tapi satu hal yang ingin saya sampaikan, Amerika sebenarnya punya hak, karena dia ingin membela kepentingan masyarakat dia, bayangkan negara lain surplus, 200 miliar, 300 miliar dolar, 100 miliar dolar, ya kan?. Kita aja termasuk surplus yang tidak besar, 18 miliar dolar," ujarnya.

Di akhir pernyataannya, Prabowo mengajak para pengusaha Indonesia untuk tidak terpaku hanya pada pasar tradisional seperti AS dan Eropa. Ia mendorong mereka agar mulai melirik pasar baru, terutama di kawasan Afrika yang ia sebut sebagai “pasar masa depan dunia”. Afrika memiliki populasi besar, sumber daya alam yang melimpah, serta kebutuhan pasar yang sangat luas.

"Pengusaha-pengusaha kita juga harus punya istilahnya long time planning, dan tidak tergantung kepada satu pasar yang enak, iya kan. Kita harus berani, kenapa kita tidak ke Afrika? Afrika itu the new emerging market of the world, jumlah penduduknya besar, resources-nya banyak, kebutuhannya banyak, ada pengusaha-pengusaha kita yang berani ke Afrika," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

Source : YouTube tvOne

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |