Selasa, 22 April 2025 - 18:40 WIB
VIVA – Agresi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina, sudah berlangsung lebih dari 560 hari. Lebih dari 51.000 warga sipil tewas, sementara lebih dari 116.000 lainnya mengalami luka-luka. Di dalam catatan korban tewas dan luka termasuk para umat Kristen yang hidup berdampingan dengan Muslim di daerah tersebut.
Seorang pendeta Palestina, Munther Isaac, meyakini jika umat Kristen di Gaza akan segera mengalami kepunahan jika rezim zionis Benjamin Netanyahu tak menghentikan invasinya. Tak terkecuali yang tinggal di Tepi Barat.
"Apa yang saya lihat di Gaza menunjukkan bahwa keberadaan umat Kristen di sana akan berakhir sebagai akibat dari genosida," ucap Isaac dikutip VIVA Militer dari Middle East Monitor.
Isaac juga menggambarkan bagaimana ia dan para umat Kristen Palestina dua tahun beruntun harus merayakan Hari Paskah di bawah ancaman genosida militer Israel.
VIVA Militer: Pendeta Kristen Palestina, Munther Isaac
Photo :
- Pulpit and Politics
Pendeta dari Gerja Injil Lutheran di Betlehem dan Gereja Beit Sahour di Tepi Barat ini juga merasakan kesedihan yang mendalam, akibat penderitaan yang dialami umat Kristen di Palestina.
"Untuk tahun kedua berturut-turut, kita merayakan Paskah di bawah bayang-bayang genosida terhadap rakyat Gaza. Palestina masih berjalan di jalan kesedihan, menderita akibat pengepungan Israel dan kebijakan apartheid," kata Isaac melanjutkan.
"Kekerasan yang sama yang membunuh Kristus masih terjadi di tanah kami saat ini. Warga Gaza dan gereja merayakan hari raya ini, berharap perang akan berakhir. Cahaya akan menang atas kegelapan, dan kebenaran akan menang atas kepalsuan," ujarnya.
Pendeta tersebut juga merasakan bagaimana mereka terpaksa bertahan dalam situasi yang sangat tidak menentu. Blokade tentara Israel terhadap bantuan makanan dan obat-obatan membuatnya sangat yakin jika umat Kristen Palestina akan punah jika kondisinya tak berubah.
VIVA Militer: Gereja Saint Porphyrius di Jalur Gaza diserang militer Israel
Photo :
- Anadolu Agency/Ali Jadallah
"Mereka bertahan dalam situasi yang paling sulit, tanpa makanan, tanpa obat-obatan, dan blokade Israel yang mencekik di Gaza. Ada ancaman terus-menerus akan pemindahan paksa dari Jalur Gaza," ucap Isaac.
Pada 19 Oktober 2023, sekitar 18 umat Kristen yang tengah berkumpul di Gereja Saint Porphyrius, Gaza, tewas akibat serangan udara militer Israel. Padahal, para warga sipil tersebut tengah berlindung di dalam gereja.
Di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, kebaktian Paskah juga dibatalkan. Umat Kristen Palestina dilarang merayakan Hari Paskah di Gereja Makam Suci, salah satu situs Kristen paling suci.
Halaman Selanjutnya
"Kekerasan yang sama yang membunuh Kristus masih terjadi di tanah kami saat ini. Warga Gaza dan gereja merayakan hari raya ini, berharap perang akan berakhir. Cahaya akan menang atas kegelapan, dan kebenaran akan menang atas kepalsuan," ujarnya.