Wamentan Sudaryono Gerak Cepat! Kunjungi Pusat Riset Tersohor Dunia Demi Ubah Nasib Petani Indonesia

13 hours ago 8

VIVA – Dalam upaya mempercepat transformasi pertanian nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono, melakukan kunjungan strategis ke salah satu institusi riset pertanian terbaik dunia, Wageningen University and Research (WUR) di Belanda.

Didampingi oleh Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, serta jajaran dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, kunjungan ini menjadi bagian dari misi besar pemerintah Indonesia untuk menjalin kolaborasi internasional di bidang riset dan teknologi pertanian.

"Kami berada di Wageningen University and Research, universitas terbaik dunia di bidang pertanian. Bersama Prof. Arif Satria dan tim, kami mencari solusi atas berbagai tantangan pangan dan pertanian di Indonesia," ujar Wamentan Sudaryono saat kunjungan berlangsung, Kamis (1/5/2025).

Wamentan Sudaryono menegaskan, bahwa kunjungan ini untuk mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi pertanian mutakhir yang relevan bagi kondisi Indonesia. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kita mencari solusi teknologi terbaik, mana yang bisa kita adopsi dan mana yang bisa kita kerjakan. Semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan petani kita dan meningkatkan produktivitas Pertanian nasional supaya kita tidak impor, dan saatnya kita harus perbanyak ekspor," Ungkapnya.

"Sehingga kita bisa segera mewujudkan swasembada pangan dan menjadi negara yang betul-betul berdaulat dalam bidang pangan," Tambah Wamentan Sudaryono menegaskan.

Dalam dialog bersama para peneliti WUR, Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar ini juga menyoroti isu krusial terkait produktivitas kedelai, komoditas penting yang masih bergantung pada impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Indonesia tidak bisa terus bergantung pada kedelai impor. Kita butuh terobosan teknologi agar petani mampu memproduksi kedelai secara lebih efisien dan berdaya saing," tegas Wamentan Sudaryono.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai potensi kerja sama seperti pengembangan varietas kedelai unggul yang adaptif terhadap iklim tropis, Pemanfaatan sistem pertanian presisi (precision farming) berbasis data dan kecerdasan buatan, model pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi input dan hasil panen, serta pertukaran peneliti dan pelatihan teknis bagi petani serta akademisi Indonesia.

"Kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal memperkuat sistem riset, inovasi, dan pendidikan pertanian di tanah air," ujarnya.

Wageningen University dikenal luas karena kepemimpinannya dalam bidang agroteknologi, bioteknologi, dan riset pertanian tropis. Indonesia berharap dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk mempercepat pencapaian target swasembada pangan sekaligus membangun ekosistem pertanian modern yang berbasis sains dan teknologi.

Wamentan Sudaryono menegaskan, bahwa Kementerian Pertanian membuka diri untuk semua bentuk inovasi dan kemitraan yang bisa mendorong pertanian Indonesia menjadi mandiri, modern, dan mendunia.

Selain itu, Pemerintah kini juga fokus ke peningkatan produktivitas komoditas pertanian lainnya setelah keberhasilan mencatatkan surplus beras dan serapan gabah yang tinggi oleh Perum Bulog. Langkah ini merupakan bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan nasional, khususnya untuk komoditas pangan strategis seperti kedelai yang masih bergantung pada impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah nasional hingga April 2025 mencapai 13,95 juta ton, dengan surplus beras sekitar 2,8 hingga 3 juta ton dibandingkan konsumsi domestik yang hanya 10,37 juta ton.

Perum Bulog sendiri telah menyerap lebih dari 1,8 juta ton setara beras hingga hari ini, tertinggi dalam 5-10 tahun terakhir dengan rata-rata paling tinggi 1,2 juta ton. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp6.500 per kg dan penghapusan rafaksi menjadi kunci lonjakan serapan ini.

Wamentan Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Bulog, menegaskan bahwa keberhasilan ini menjadi fondasi untuk memperluas fokus ke komoditas lain seperti kedelai.

“Setelah beras surplus, kita harus pastikan komoditas strategis lain seperti kedelai juga mandiri. Ini bagian dari visi menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia,” ujarnya.

"Kunjungan ini menjadi simbol kuat bahwa pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi tantangan krisis pangan dan ketergantungan impor serta peningkatan kesejahteraan petani. Seperti yang sedang kita lakukan saat ini dalam menuju swasembada beras, memberikan harga baik untuk pembelian hasil petani berupa kenaikan Harga Pembelian Pemerintah gabah kering panen, petani semakin termotivasi, hasil produksi juga semakin meningkat dan stok cadangan beras pemerintah semakin kuat melalui Bulog," Pungkas Mas Dar.

Halaman Selanjutnya

Dalam dialog bersama para peneliti WUR, Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar ini juga menyoroti isu krusial terkait produktivitas kedelai, komoditas penting yang masih bergantung pada impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |