Jakarta, VIVA – Adanya teknologi kecerdasan buatan (AI) memang membawa kemudahan di banyak bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga industri. Namun, di balik inovasi yang menakjubkan itu, tersimpan ancaman besar terhadap dunia kerja.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa AI dan otomatisasi bisa menghapus jutaan pekerjaan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibanding revolusi industri sebelumnya.
Menurut laporan yang dirilis oleh Senator Bernie Sanders (D-Vt.), kecerdasan buatan dan otomatisasi dapat menghapus hampir 100 juta pekerjaan di Amerika Serikat dalam satu dekade mendatang. Ironisnya, analisis tersebut didasarkan pada temuan ChatGPT.
Teknologi tersebut berpotensi menghapus pekerjaan dari berbagai sektor, baik pekerjaan kerah putih maupun kerah biru.
“AI, otomatisasi, dan robotika dapat memengaruhi 40 peren perawat terdaftar, 47 persen sopir truk, 64 persen akuntan, 65 persen asisten pengajar, dan 89 persen pekerja makanan cepat saji,” kata Sanders memperingatkan, seperti dikutip dari NY Post, Kamis, 9 Oktober 2025.
Dalam laporannya disebutkan, bahwa revolusi pertanian berlangsung selama ribuan tahun, revolusi industri memakan waktu lebih dari satu abad. Namun, tenaga kerja buatan bisa mengubah ekonomi dalam waktu kurang dari satu dekade.
Senator Amerika Serikat Bernie Sanders mengatakan pada Rabu, 18 September 2024, bahwa ia akan mengajukan undang-undang pekan depan untuk memblokir penjualan senjata serbu AS kepada Israel.
Kini, banyak negara yang berlomba-lomba menjadi pemimpin dalam pengembangan AI. Amerika Serikat, misalnya, tengah memperdebatkan arah kebijakan AI antara dorongan inovasi dan perlindungan tenaga kerja.
Perdebatan mengenai regulasi AI kini semakin panas di Washington. Pemerintahan Trump berpendapat bahwa Amerika Serikat harus memimpin dunia dalam pengembangan AI, karena jika tidak, China bisa memenangkan “perlombaan” teknologi ini.
Sementara itu, Partai Demokrat di Senat menyerukan pengawasan lebih ketat terhadap sektor AI, termasuk perlindungan tenaga kerja melalui kebijakan seperti jam kerja 32 jam per minggu dan “pajak robot” bagi perusahaan yang beralih ke otomatisasi.
Beberapa perusahaan besar seperti Amazon dan Walmart bahkan sudah memangkas puluhan ribu pekerjaan karena beralih ke sistem otomatis. “Kecerdasan buatan dan robotika yang dikembangkan oleh para miliarder ini akan memungkinkan korporasi Amerika menghapus puluhan juta pekerjaan bergaji layak, menekan biaya tenaga kerja, dan meningkatkan keuntungan,” kata Sanders.
Halaman Selanjutnya
Sanders menegaskan bahwa teknologi AI kini digunakan sebagai alat untuk memusatkan kekayaan di tangan segelintir elit. Ia menyoroti para CEO yang menginvestasikan miliaran dolar dalam otomatisasi sembari mengumumkan PHK massal dan pemangkasan biaya besar-besaran.