Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meyakini tarif impor atau bea masuk yang bakal diberlakukan Uni Eropa (UE) bagi komoditas ekspor Indonesia, nantinya akan sangat rendah.
Hal serupa diharapkan Airlangga juga akan berlaku bagi tarif yang akan diberlakukan Amerika Serikat (AS) untuk barang ekspor dari Indonesia, agar bisa ditekan di bawah 32 persen.
"Sekarang pemerintah sedang melakukan negosiasi baik untuk pasar di Eropa maupun dengan Amerika Serikat. Kita berharap tarif impor bisa ditekan terutama oleh Eropa, karena mereka telah menjanjikan (tarifnya) akan diturunkan serendah mungkin," kata Airlangga di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, 30 Juni 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, 30 Juni 2025
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Melalui perjanjian negosiasi Indonesia - European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement alias IEU CEPA, dipastikan bahwa 80 persen ekspor Indonesia ke UE nantinya akan dikenakan bea masuk 0 persen dalam waktu 1-2 tahun.
Terlebih, salah satu keuntungan IEU CEPA ini akan didapatkan oleh masing-masing negara, setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan penting dalam menyelesaikan tahapan akhir perundingan IEU CEPA tersebut.
Airlangga meyakini, pengenaan tarif bea masuk yang rendah itu juga akan menguntungkan industri padat karya di Indonesia, utamanya yang berorientasi ekspor. Karena produk-produk yang diekspor itu diharapkan juga bisa menguasai pasar-pasar potensial di kawasan tersebut.
Industri padat karya yang dimaksud Airlangga itu antara lain terdiri atas produk makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki, kerajinan tangan, pertanian dan perikanan, hingga furnitur.
"Nah, tentunya hal ini juga akan meningkatkan daya saing kita," ujar Airlangga.
Selain itu, Airlangga menekankan bahwa pemerintah saat ini juga tengah mendorong efisiensi biaya logistik (cost of logistics), utamanya di tengah gejolak dan dinamika ekonomi global serta potensi perang dagang antara AS dan China.
"Karena Indonesia adalah negara kepulauan, sehingga tentu kita harus meningkatkan juga (upaya efisiensi) logistik cost kita, yang sekarang dalam proses National Single Window dan juga e-logistik terkait dengan biaya cukai," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Industri padat karya yang dimaksud Airlangga itu antara lain terdiri atas produk makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki, kerajinan tangan, pertanian dan perikanan, hingga furnitur.