Akio Toyoda Menilai Mobil Listrik Lebih Kotor dari Mobil Hybrid dan Berdampak Buruk

22 hours ago 1

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:22 WIB

VIVA – Akio Toyoda sebagai Chairman Toyota Motor Corporation sejak tahun lalu selalu menegaskan bahwa kendaraan listrik bukan menjadi solusi untuk mencapai netralitas karbon, karena dianggap lebih kotor dari mobil hybrid.

Di beberapa negara termasuk China dan Indonesia kendaraan listrik dianggap menjadi solusi menekan emisi karbon, dan dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang ketersediannya semakin menipis.

Toyota Mirai generasi 2

Photo :

  • VIVA/Krisna Wicaksono

Sudah sangat banyak mobil listrik yang beredar di pasar dengan spesifikasi beragam, begitu juga dengan harga. Masing-masing produk membutuhkan daya listrik dengan watt tertentu untuk pengisian baterainya.

Adapun saat ini sumber energi listrik yang tersedia di beberapa negara, seperti Jepang dan Indonesia masih memiliki emisi karena sebagian besar menggunakan batu bara. Ditambah belum banyak tempat daur ulang baterai.

Artinya kendaraan pelahap seterum itu menjadi negatif, bukan solusi utama demi menuju netralitas karbon. Seperti yang disampaikan cucu pendiri Toyota Kiichiro Toyoda, dia menilai mobil listrik bisa meningkatkan emisi.

“Jika kita membuat Sembilan juta BEV (Battery Electric Vehicle) di Jepang, hal tersebut justru akan meningkatkan emisi karbon, bukan menguranginya. Hal ini dikarenakan Jepang mengandalkan pembangkit listrik tenaga panas untuk menghasilkan listrik,” ujarnya, dikutip dari beberapa sumber media asing, Jumat 13 Juni 2025.

Akio Toyoda mengatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya tersebut sudah menjual sekitar 27 juta mobil hybrid sejak merilis Prius generasi pertama, pada 1997. Puluhan juta mobil hybrid itu setara denan 9 juta kendaraan listrik.

Artinya jika dikalkulasikan satu BEV emisi karbon yang dihasilkan setara dengan tiga mobil hybrid, terutama jika pembangkit listriknya masih menggunakan batu bara, atau tenaga panas lain yang tidak ramah lingkungan.

Bukan hanya terkait PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menghasilkan emisi, namun sejumlah pihak termasuk Akio Toyoda menilai kendaraan hybrid merupakan jalan tengah agar industri otomotif tidak kehilangan tenaga kerja.

Mengingat mobil listrik berbasis baterai jumlah komponen yang digunakan lebih sedikit dibandingkan kendaraan hybrid yang masih menggabungkan mesin pembakaran, dengan tenaga listrik.

Dikhawatirkan jika pergeseran kendaraan listrik murni terlalu cepat, akan mengancam keberlangsungan hidup banyak orang, mengurangi tenaga kerja pembuat komponen lokal, dan industri otomotif itu sendiri.

Akio Toyoda dalam wawancaranya dengan Automotive News, setelah mendapatkan penghargaan Centennial Automotive News, menyebut bahwa fokus utama Toyota untuk mengurangi emisi karbon melalui berbagai powertrain yang disebut multi-pathway, mulai dari HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), BEV, hingga hidrogen atau FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle).

Untuk pengembangan mobil listrik sendiri Toyota hanya mengincar pasar beberapa negara, termasuk China dengan berkolaborasi dengan produsen lokal. Mengingat tren pasar, dan situasi industrinya memang berfokus pada BEV.

“Ketika istilah netralitas karbon menjadi popular, kami sebagai perusahaan mengatakan bahwa musuh utama kami adalah karbon. Kami harus fokus pada apa yang dapat kami lakukan segera untuk mengurangi (pencemaran),” ucapnya.

Walaupun sebagian pihak menilai Toyota terlalu banyak pertimbangan, atau ketinggalan untuk bersaing di tengah gempuran mobil listrik, buktinya selama lima tahun beruturut-turut, atau sampai 2024 masih menjadi brand terlaris di dunia.

Begitupun di Indonesia, di tengah gempuran mobil listrik buatan China dan beberapa produsen lain, menurut data Gaikindo Toyota masih menjadi brand terlaris dengan total penjualan 106.027 unit dalam periode Januari-Mei 2025 secara wholesales dengan pangsa pasar 33,4 persen, dan secara retail 107.069 unit atau menguasai market share 32,6 persen.

Halaman Selanjutnya

Akio Toyoda mengatakan bahwa perusahaan yang dipimpinnya tersebut sudah menjual sekitar 27 juta mobil hybrid sejak merilis Prius generasi pertama, pada 1997. Puluhan juta mobil hybrid itu setara denan 9 juta kendaraan listrik.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |