Aksi Tak Manusiawi Dokter dan Istri Terhadap ART di Pulogadung: Gaji Dipotong hingga Disiksa

1 week ago 7

Jumat, 11 April 2025 - 17:58 WIB

Jakarta, VIVA – Seorang dokter berinisial AMS (41) bersama istrinya, SSJH (35), kini tengah menjadi sorotan setelah diduga melakukan tindakan kekerasan terhadap asisten rumah tangga (ART) mereka, seorang perempuan berinisial SR (24), di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Pasangan suami istri tersebut tidak hanya diduga kerap menyiksa korban, tetapi juga memperlakukan SR secara tidak manusiawi selama masa kerjanya.

Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, menyampaikan bahwa selama bekerja di kediaman AMS dan SSJH sejak November 2024 hingga Maret 2025, korban kerap mengalami pemotongan gaji dan bahkan keterlambatan pembayaran. Selain itu, ponsel milik korban juga disita, membuatnya tak dapat menghubungi keluarganya selama berbulan-bulan.

“Menurut keterangan korban, gajinya dipotong karena dianggap melakukan kesalahan dalam bekerja. Pembayaran juga sering telat,” ujar Kombes Nicolas saat konferensi pers di Mapolres Jakarta Timur, Jumat 11 April 2025.

Kombes Nicolas Ary Lilipaly

Photo :

  • VIVA.co.id/Andrew Tito

SR diketahui mengemban tanggung jawab penuh di rumah majikannya, termasuk memasak, membersihkan rumah, serta merawat tiga anak pasangan tersebut. Namun, sang majikan menilai kinerja SR tidak sesuai harapan, yang menurut mereka menjadi alasan pemotongan gaji.

Nicolas menjelaskan bahwa majikan juga menuduh SR sering bersikap emosional saat bekerja dan bahkan sempat menuding korban melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka. Tuduhan itu kemudian menjadi dalih pasangan suami istri tersebut untuk melakukan penganiayaan terhadap SR.

Bentuk kekerasan yang dialami SR sangat memprihatinkan. Selain dipukul dan disiksa, rambut korban juga dicukur hingga pendek oleh pelaku sebagai bentuk penghinaan dan intimidasi.

“Modus pelaku, berdasarkan keterangan korban, karena sakit hati dan merasa korban tidak menjalankan tugasnya dengan baik,” tambah Nicolas.

Kasus ini pertama kali terungkap ke publik melalui sebuah video yang tersebar di aplikasi WhatsApp dan kemudian diunggah ke media sosial oleh anggota DPR RI, Ahmad Sahroni. Dalam video itu, korban terlihat dalam kondisi mengenaskan, memunculkan keprihatinan luas.

Kepala Desa Tanggeran, Rawan, turut membenarkan kronologi yang dialami korban. Menurutnya, SR baru bekerja sebagai ART sejak November 2024, namun satu minggu setelah mulai bekerja, ia sudah tidak bisa dihubungi oleh keluarganya.

Situasi semakin mengejutkan ketika pada 18 Maret 2025, keluarga korban menerima pesan yang meminta uang tebusan sebesar Rp 5 juta agar SR bisa kembali pulang. Pesan tersebut membuat keluarga melapor kepada Kepala Desa Tanggeran yang kemudian meneruskan laporan ke Mapolsek Somagede.

SR akhirnya berhasil kembali ke kampung halamannya pada Jumat dini hari, 21 Maret. Namun, kondisi fisiknya membuat keluarga terpukul penuh luka di sekujur tubuh, tanda-tanda penganiayaan yang berlangsung sistematis. Berdasarkan pengakuannya, SR hanya diberi tiket bus oleh majikannya untuk pulang ke Purwokerto, tanpa diberi uang sepeser pun.

Setibanya di Terminal Purwokerto, SR sempat terlunta-lunta sebelum akhirnya ditemukan oleh seorang tukang ojek yang dengan sukarela mengantarkannya pulang ke rumah yang berjarak sekitar 18 kilometer dari terminal.

“Dari penuturan korban, ia sering dipukul oleh majikannya, baik oleh suami maupun istrinya, dengan alasan kerjaannya tidak beres, seperti saat mengepel atau membersihkan rumah,” ujar Rawan.

Halaman Selanjutnya

Kasus ini pertama kali terungkap ke publik melalui sebuah video yang tersebar di aplikasi WhatsApp dan kemudian diunggah ke media sosial oleh anggota DPR RI, Ahmad Sahroni. Dalam video itu, korban terlihat dalam kondisi mengenaskan, memunculkan keprihatinan luas.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |