Jakarta, VIVA – PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan tantangan yang dihadapi sebelum menjual mobil listrik, terutama di segmen kendaraan niaga.
Sri Agung Handayani, Marketing Director and Corporate Planning & Communication PT ADM menjelaskan upaya menghadirkan kendaraan niaga listrik ke pasar Indonesia bukan tanpa kendala.
“Kami mempunyai R&D sendiri. Jadi R&D kami itu eksplor banyak hal lah. Kalau permintaan kan ada selalu. Cuma kan kalau permintaannya (kendaraan niaga listrik) sedikit, harga mahal ya,” ujarnya dikutip VIVA di Jakarta.
Ia mengatakan bahwa meski kompetisi di segmen kendaraan niaga listrik terus tumbuh, PT ADM saat ini masih berfokus pada segmen first car buyer, yang menjadi tantangan tersendiri saat mengedukasi pasar soal kendaraan listrik.
VIVA Otomotif: Mobil konsep Daihatsu Vizion-F
“Ya nanti ditunggu saja. Saat ini kami masih konsentrasi first car buyer. Menurut kami, kompetisi (segmen kendaraan niaga listrik) buat kami itu bagus, karena konsumen akan banyak melihat pilihan di market,” jelasnya.
Agung juga menyebutkan sejumlah pertimbangan dari konsumen pemula terhadap kepemilikan mobil listrik, termasuk soal jangkauan baterai, nilai jual kembali, dan pemahaman soal perawatan kendaraan listrik.
“Konsumen ada yang mau beli dan ada sebagian kenapa enggak mau beli. Karena first car buyer akhirnya yang dipertimbangkan adalah jumlah range baterainya. Dia takut nilai jual kembali. Dia juga takut perawatan, dia takut enggak ngerti,” pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, PT ADM sebelumnya telah memperkenalkan Vizion-F yang terlihat seperti Gran Max versi listrik pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 lalu.
Vizion-F sendiri memiliki spesifikasi yang cukup menjanjikan untuk kelas kendaraan niaga ringan, seperti baterai 28 kWh dengan jarak tempuh hingga 200 km, sistem penggerak roda belakang, serta kemampuan daya angkut maksimal 500 kg.
Untuk pengisian daya, Vizion-F membutuhkan 9 jam dengan normal charging, atau hanya 1 jam dengan fast charging berdaya 30 kWh.
Halaman Selanjutnya
“Konsumen ada yang mau beli dan ada sebagian kenapa enggak mau beli. Karena first car buyer akhirnya yang dipertimbangkan adalah jumlah range baterainya. Dia takut nilai jual kembali. Dia juga takut perawatan, dia takut enggak ngerti,” pungkasnya.