Jakarta, VIVA – Anemia merupakan salah satu masalah utama pada anak dan berdampak pada kemampuan belajar. Anemia yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), bahkan bisa berdampak pada saat anak masuk usia sekolah, yaitu terhadap IQ dan masalah perkembangan lainnya.
Secara global, ada sekitar 2 juta orang yang menderita anemia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari 50 persen remaja mengalami anemia. Sementara di Indonesia, terdapat 22 persen remaja perempuan dan 10 persen remaja laki-laki yang menderita anemia. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!
Unit Kerja Koordinasi (UKK) Henatologi Onkologi IDAI, Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K), mengungkapkan, prevalensi anemia atau Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan yang terbesar di dunia, termasuk Asi Tenggara dan Indonesia.
“Penelitian terakhir yang kami lakukan dari Januari - Agustus 2024, dari 76 bayi, 40,8 persen ADB, bayi usia 5 bulan. Usia 12 bukan ada, tapi belum dipublikasi. Pada anak di bawah 5 tahun prevalensinya sekitar 38,5 persen,” ungkap Prof Harapan Parlindungan, saat media breafing bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang digelar online.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan bayi atau anak terkena anemia antara lain, berat badan lahir rendah, kembar atau ibu menderita ADB.
“Bisa juga karena selama dia bertumbuh asupan besinya kurang dari makanan sehari-hari, atau sebetulnya cukup tapi kebutuhannya meningkat, atau ada gangguan absorbsi,” ungkapnya.
Prof Parlindungan lebih lanjut mengungkap beberapa gejala yang muncul pada anak yang terkena anemia, antara lain rewel tanpa sebab, letih, lesu, lemah, atau dalam kasus yang lebih berat jantung berdebar-debar. Namun, yang sangat terlihat adalah anak tidak lincah bermain.
“Tandanya pucat tapi tidak terjadi perdarahan, kelopak mata bagian dalam ada warna putih. Tapi, yang paling jelas di telapak tangan, kaki atau bibir yang berbeda sekali dengan orang normal (pucat),” jelasnya.
“Salah satu yang khas juga bisa dilihat di lidah. Bisanya lidahnya tidak mulus, kalau mulus artinya ada ADB. Kemudian kukunya melengkung atau lentik.Secara keseluruhan tanda-tanda yang bisa kita lihat umumnya nafsu makannya kurang, pucat, lesu, kadang-kadang menderita sakit,” imbuhnya.
Miris! Ayah di Sragen Hamili Anak Tiri Masih SD, Satu Keluarga Diusir Warga
Ayah di Sragen Hamili Anak Tiri Masih SD, Satu Keluarga Diusir Warga
VIVA.co.id
18 Juni 2025