Jakarta, VIVA – Menjelang pertengahan 2025, geliat ekonomi Indonesia berada dalam sorotan. Terutama di tengah situasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang membuat perekonomian global gonjang-ganjing.
Bahkan, disebut bahwa enam bulan terakhir adalah masa paling krusial dalam perjalanan perekonomian Indonesia. Mulai dari kekhawatiran akan tekanan nilai tukar rupiah, stagnasi pertumbuhan ekonomi, hingga ancaman krisis.
"Kalau kita mau jujur, this six month ini adalah critical point-nya bangsa Indonesia," ujar Teguh Anantawikrama selaku Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Transformasi Teknologi dan Digital dalam acara 'Cryptalk' di Sultan Hotel Jakarta, Selasa, 29 April 2025.
Diskusi Cryptalk bersama Triv
Photo :
- Viva/Siska Permata Sari
Teguh menegaskan, bahwa peran pelaku usaha untuk mulai mendiversifikasi aset dan mendukung perekonomian domestik, sangat penting agar Indonesia tak mengalami krisis seperti tahun 1998.
"Kalau kita tidak lakukan sesuatu, artinya yang mampu mulai converting juga untuk punya simpanan dalam bentuk digital dan membagi asetnya dalam berbagai jenis aset, dan kemudian menggerakkan ekonomi dengan mulai banyak aktif di dunia nyata, misalnya, mulai belanja produk Indonesia and so on and so on, kalau kita tidak lakukan itu sekarang, setelah bulan ketujuh, maka yang akan terjadi pada Q1 tahun depan, kita akan mengalami drop yang jauh lebih buruk daripada tahun 98," ungkapnya.
Namun, meski tekanan ekonomi terasa di depan mata, Teguh menyebut Indonesia masih punya modal politik yang bisa dimaksimalkan. Itu, kata dia, adalah salah satu modal untuk 'menyelamatkan' Indonesia dari krisis.
"Akan tetapi kita punya keuntungan politik yang orang agak kurang perhatikan," kata dia.
Salah satu kekuatan itu, terwujud lewat kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto, bersama Kadin ke berbagai negara, yang menurut Teguh, telah berhasil membuka peluang investasi yang besar. "Suka tidak suka, kehadiran Pak Prabowo di banyak negara bersama Kadin Indonesia ternyata membawa peluang yang sangat besar," ungkapnya.
"Pak Prabowo dengan sengaja selalu ke setiap negara, hadir bersama ketua umum Kadin dan rombongan Kadin yang lainnya, itu ternyata menimbulkan rasa percaya yang luar biasa terhadap Indonesia, even though rupiah kita masih seperti ini," katanya.
Dia pun menyebut, bahwa selama empat bulan terakhir, Indonesia menerima komitmen investasi terbesar dalam sejarah. "Buktinya apa? Komitmen untuk investasi di Indonesia dalam empat bulan terakhir, itu adalah empat bulan yang paling besar yang pernah dialami Indonesia," ucapnya.
Halaman Selanjutnya
"Akan tetapi kita punya keuntungan politik yang orang agak kurang perhatikan," kata dia.