Jakarta, VIVA – Kabar tentang ancaman resesi global makin kencang berembus. Tak hanya memicu kepanikan di pasar saham, isu ini juga mulai memengaruhi keputusan finansial masyarakat.
Salah satu pemicunya yakni kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk impor dari berbagai negara. Alhasil, kekhawatiran akan dampak domino di berbagai sektor pun tak bisa dielakkan.
Sebagaimana diketahui, resesi merupakan kondisi ketika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Dampaknya, yakni mulai dari penurunan daya beli, pemutusan hubungan kerja massal, hingga lesunya sektor bisnis.
Nah, agar dompet tetap aman di tengah badai ekonomi, berikut beberapa hal penting yang wajib dihindari ketika ancaman resesi membayangi. Apa saja? Simak selengkapnya di bawah ini seperti dirangkum pada Rabu, 9 April 2025.
4 Hal yang Wajib Dihindari saat Ancaman Resesi di Depan Mata
Ilustrasi Debt Collector Tagih Utang Pinjol ke Rumah
1. Menjadi Penjamin Utang Orang Lain
Logikanya, dalam kondisi ekonomi stabil, menjadi penjamin pinjaman utang sudah berisiko. Apalagi jika ekonomi sedang tidak menentu. Jika si peminjam gagal bayar, Anda otomatis harus menanggung kewajiban tersebut.
Saat resesi, risiko kehilangan pekerjaan atau penurunan penghasilan sangat mungkin terjadi, baik pada Anda maupun orang yang Anda bantu. Kalau pun tetap ingin membantu, lebih bijak memberikan dukungan berupa dana langsung atau bantuan untuk uang muka, bukan menjadi seorang penjamin utang.
2. Menambah Utang Baru
Saat resesi, menambah utang sama saja menggali lubang untuk diri sendiri. Gaji yang berkurang, risiko PHK, hingga lesunya usaha bisa membuat Anda kesulitan melunasi cicilan.
Bila memungkinkan, bayar tunai atau tunda pembelian besar hingga situasi ekonomi membaik. Bijaklah dalam mengambil keputusan keuangan agar tidak terjerat utang jangka panjang yang membebani.
3. Meremehkan Pekerjaan yang Dimiliki
Banyak yang tergoda untuk resign atau mencoba peruntungan baru saat kondisi sedang ‘adem’. Tapi ketika ancaman resesi di depan mata, lowongan kerja bisa menjadi sangat langka. Bahkan, perusahaan besar pun bisa memangkas karyawan.
Jika Anda masih punya pekerjaan, hargai dan jagalah performa kerja Anda. Bagi yang mendekati masa pensiun, pertimbangkan untuk menunda dan menunggu kondisi ekonomi membaik agar nilai investasi pensiun tidak tergerus terlalu dalam.
4. Terlalu Berani Dalam Berinvestasi
Bagi pebisnis, dorongan untuk ‘scale-up’ bisa terasa sangat kuat. Tapi saat resesi, waktu terbaik bukanlah untuk berjudi dengan langkah besar. Mengambil utang tambahan untuk ekspansi justru bisa menjadi bumerang jika penjualan turun drastis. Lebih baik, simpan tenaga dan dana Anda untuk masa pemulihan, ketika indikator ekonomi mulai menunjukkan tren positif dan bunga pinjaman mulai naik.
Halaman Selanjutnya
Logikanya, dalam kondisi ekonomi stabil, menjadi penjamin pinjaman utang sudah berisiko. Apalagi jika ekonomi sedang tidak menentu. Jika si peminjam gagal bayar, Anda otomatis harus menanggung kewajiban tersebut.