Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menekankan pentingnya membangun kerja sama perdagangan dan investasi yang seimbang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Hal itu diungkapkannya saat menjadi salah satu pembicara dalam forum "Milken Institute Global Conference 2025", yang digelar di Los Angeles, AS, Selasa, 6 Mei 2025 waktu setempat.
"Kali ini Indonesia hadir dengan delegasi yang lumayan. Saya sebagai pembicara, Pak Pandu Sjahrir (Chief of Investment Officer) dari Danantara juga pembicara, dan ada Pak Dino Patti Djalal yang juga merupakan Milken Fellow," kata Anindya dalam keterangannya, Kamis, 8 Mei 2025.
Kehadiran delegasi Indonesia itu ditegaskan Anindya bertujuan untuk memperkuat relasi bisnis, sekaligus memperkenalkan wajah baru Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie bersama Chief Negotiator for Southeast Asia dari United States Trade Representative (USTR), Sarah Ellerman, di Washington D.C., AS, Jumat, 2 Mei 2025
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
"Acara seperti ini sangat penting untuk mengenalkan siapa itu Indonesia yang baru, serta meyakinkan dunia untuk datang dan berinvestasi di Indonesia," ujarnya.
Anindya berpendapat, perdagangan bilateral harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, yang mencakup sektor-sektor strategis seperti misalnya sektor mineral penting (critical mineral), kesehatan, hingga teknologi.
"Kalau benar kita bisa mencari jalan untuk membuat trade yang menjadi seimbang dengan AS, tentu kita ingin menjual lebih banyak lagi suatu produk-produk yang padat modal industri-nya," kata Anindya.
"Seperti tentunya alas kaki, garmen, elektronik, karet, dan lain-lain. Tapi sebaliknya, dari AS juga bisa menyediakan protein misalnya dari kedelai, susu, dan daging," ujarnya.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Namun, Anindya juga menyinggung soal tantangan global seperti tarif perdagangan, yang bagi Indonesia berada di ranah pemerintah dengan strategi diplomatik yang konstruktif yang telah dipersiapkan.
"Mereka (AS) suka bahwa pemerintah Indonesia ingin memberikan satu cara yang baik, yaitu diplomasi dan bukan retaliasi. Lalu kita berpikir juga bagaimana mengalihkan impor migas dari negara lain ke AS," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
"Kalau benar kita bisa mencari jalan untuk membuat trade yang menjadi seimbang dengan AS, tentu kita ingin menjual lebih banyak lagi suatu produk-produk yang padat modal industri-nya," kata Anindya.