Jakarta, VIVA – ASEAN Finance Ministers' and Central Bank Governors' Meeting (AFMGM) ke-12 menegaskan, memperkuat kerja sama negara-negara ASEAN dalam menghadapi ketidakpastian global yang semakin meningkat. Negara ASEAN pun mewaspdai dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat terhadap perekonomian kawasan.
Hal ini ditegaskan dalam AFMGM yang diselenggarakan pada 10 April 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan dipimpin oleh Menteri Keuangan II Malaysia, H.E. Amir Hamzah Azizan dan Gubernur Bank Negara Malaysia, H.E. Abdul Rasheed Ghaffour.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari seluruh negara anggota ASEAN serta Timor-Leste sebagai observer.
"Dengan keterbukaan ekonomi dan keterkaitan negara ASEAN dalam rantai pasok perdagangan global, perkembangan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat dan potensi dampaknya terhadap perekonomian kawasan menjadi perhatian penting bagi ASEAN. Untuk itu, ASEAN terus memantau kondisi ini secara cermat dan siap merespons bila diperlukan," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso Jumat, 11 April 2025.
Dalam situasi ini, para Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN menegaskan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral yang terbuka, inklusif, dan berbasis aturan, serta menyatakan kesiapan untuk bekerja sama secara konstruktif dengan seluruh mitra dalam mencari solusi seimbang dan berwawasan ke depan demi mendukung perekonomian global yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS
ASEAN juga menegaskan komitmen dan sinergi untuk memperkuat ketahanan keuangan serta mempercepat integrasi keuangan kawasan guna mendukung peningkatan perdagangan dan investasi intra-ASEAN.
Pertemuan telah menyepakati Joint Statement yang sejalan dengan tema Keketuaan Malaysia pada ASEAN 2025, yaitu 'Inclusivity and Sustainability' dengan tiga agenda utama (Priority Economic Deliverables) di jalur keuangan dan bank sentral.
Pertama mendorong akses pembiayaan untuk transisi iklim yang tangguh dan berkeadilan di kawasan ASEAN, kedua mempercepat pertumbuhan pasar modal ASEAN yang lebih berkelanjutan, terhubung, dan inklusif. Ketiga mendorong konektivitas pembayaran instan yang inklusif di kawasan ASEAN.
Pertemuan juga menyambut inisiasi Project Revive untuk reformasi tata kelola, struktur pertemuan dan proses kerja sama jalur keuangan ASEAN guna meningkatkan efektivitas kelembagaan dalam rangka implementasi ASEAN Strategic Plan 2026–2030 menuju ASEAN Community Vision (ACV) 2045.
Di sela-sela pelaksanaan Pertemuan AFMGM ke-12, National Bank of Cambodia (NBC) secara resmi mengumumkan partisipasinya dalam inisiatif Regional Payment Connectivity (RPC) pada peluncuran fase kedua QR Connectivity Malaysia–Kamboja pada 8 April 2025.
Bergabungnya NBC ke dalam RPC memperkuat integrasi keuangan kawasan Asia Tenggara. Partisipasi yang terus meningkat ini mencerminkan potensi besar RPC dalam memperluas kerja sama konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN dan sekitarnya.
Gedung Bank Indonesia (tampak depan)
Photo :
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
AFMGM ke-12 juga menjadi wadah dialog bersama ASEAN Business Advisory Council, EU-ASEAN Business Council, dan US-ASEAN Business Council sebagai bentuk kemitraan strategis antara ASEAN dengan sektor swasta.
Dalam kaitan ini, para pelaku usaha di kawasan didorong untuk aktif dalam mendukung pembiayaan transisi, adopsi teknologi, serta pengembangan konektivitas pembayaran lintas batas. Pada akhir rangkaian pertemuan AFMGM ke-12, Filipina selaku Ketua ASEAN tahun 2026 menyampaikan rencana pelaksanaan pertemuan AFMGM pada ke-13 pada 2026.
Halaman Selanjutnya
Pertemuan juga menyambut inisiasi Project Revive untuk reformasi tata kelola, struktur pertemuan dan proses kerja sama jalur keuangan ASEAN guna meningkatkan efektivitas kelembagaan dalam rangka implementasi ASEAN Strategic Plan 2026–2030 menuju ASEAN Community Vision (ACV) 2045.