Jakarta, VIVA – Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mengatakan, Amerika Serikat (AS) kedepannya bisa semakin mendominasi pasar Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia, dengan adanya rencana pemerintah untuk menambah impor LPG dan minyak mentah dari Negeri Paman Sam tersebut.
Dia mengakui, keputusan memperbesar impor LPG dan minyak mentah itu merupakan bagian dari strategi negosiasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia, atas kebijakan tarif bea masuk sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Tujuannya tak lain adalah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat, di mana AS selama ini kerap mengalami defisit perdagangan kala menjalin hubungan dagang dengan Indonesia.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Maret 2025 (sumber foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Photo :
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
"Kita akan memperbanyak di sektor LPG sama minyak, dan saya lagi meng-exercise dengan tim saya agar kita bisa melakukan pembelian di sana (AS)," kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat, 11 April 2025.
"Itu bertujuan supaya kita bisa membuat neraca perdagangan kita (dengan AS) menjadi balance," ujarnya.
Dia mengakui bahwa dalam kondisi perekonomian global yang penuh tantangan seperti saat ini, tiap negara tentunya akan memprioritaskan kepentingan domestiknya masing-masing.
Karenanya, Bahlil pun memaklumi apabila masing-masing negara termasuk Indonesia dan AS, tentunya juga memiliki strategi yang berbeda dalam mengedepankan kepentingan nasionalnya tersebut.
Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia usai melakukan safari Ramadhan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, Bogor, Jawa Barat pada Jumat, 21 Maret 2025.
Photo :
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
"Karena kan kontribusi pertumbuhan ekonomi kita 53 persennya itu dari konsumsi, dan 30 persennya itu dari investasi. Spending pemerintah sekitar 5-6 persen, ekspor-impor kita 3-5 persen, dan total ekspor kita ke Amerika itu 10 persen," kata Bahlil.
"Jadi jangan dianggap bahwa seolah-olah (impor LPG) ini barang yang besar, tidak. Tapi kita tetap harus hati-hati," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Karenanya, Bahlil pun memaklumi apabila masing-masing negara termasuk Indonesia dan AS, tentunya juga memiliki strategi yang berbeda dalam mengedepankan kepentingan nasionalnya tersebut.