Jakarta, VIVA – Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar bagi Azlina (36), warga asal Payakumbuh, Sumatera Barat. Usaha konveksi yang sebelumnya ia jalankan bersama keluarga terpaksa tutup akibat sepinya pesanan.
Namun, kondisi itu tidak membuatnya menyerah. Berbekal resep masakan warisan ibunya, Azlina memulai usaha warung makan yang kini menghasilkan omzet hingga Rp180 juta per bulan.
“Waktu pandemi, usaha konveksi benar-benar berhenti karena tidak ada yang pesan. Akhirnya saya coba jualan nasi dan lauk, ternyata banyak peminatnya,” ujar Azlina dalam keterangannya, Kamis 24 April 2025.
Tak memiliki keahlian memasak sebelumnya, Azlina belajar langsung dari ibunya untuk meracik bumbu khas Minang. Setelah merasa yakin dengan rasa masakannya, ia mulai membuka warung makan di lokasi strategis dekat sekolah dan perguruan tinggi.
Strategi pemilihan lokasi tersebut terbukti efektif. Pelanggannya didominasi pelajar, mahasiswa, dan karyawan sekitar. Dalam enam tahun, ia berhasil membuka dua cabang warung makan dan menambah jumlah karyawan dari dua menjadi tujuh orang. Menu yang ditawarkan pun semakin beragam, dengan harga terjangkau mulai dari Rp10.000 per porsi.
"Meski cukup kewalahan dalam melayani pesanan pelanggan saat jam makan siang, saya bersyukur kini bisa menambah 5 karyawan untuk membantunya, yang semula hanya 2 karyawan saja," imbuhnya.
Azlina mengaku memulai usahanya tanpa modal besar. Ia mendapatkan tambahan modal dari lembaga pembiayaan Amartha, yang sebelumnya pernah menawarkan bantuan saat ia masih menjalankan usaha konveksi.
“Saya dihubungi kembali oleh karyawan Amartha, dan dibantu untuk proses pinjaman. Bahkan saya diminta membentuk kelompok usaha bersama ibu-ibu tetangga. Saya ditunjuk sebagai ketua kelompok,” katanya.
Meski usaha terus berkembang, Azlina tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah persaingan dengan warung makan lain serta lonjakan jumlah pembeli saat jam makan siang dan malam. Ia juga menyiasati penurunan omzet saat musim libur sekolah dengan mengurangi produksi lauk-pauk agar tidak merugi.
“Kami kurangi produksi saat libur agar tidak mubazir. Penghasilan memang turun, tapi tetap ada pemasukan,” ujarnya.
Kisah inspiratif Azlina bahkan menjadi salah satu perbincangan utama dalam gelaran The Asia Grassroots Forum yang diselenggarakan oleh Amartha. Forum tersebut bertujuan memperluas akses keuangan inklusif dan memperkuat peran perempuan sebagai motor pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Azlina adalah bukti nyata bahwa dengan semangat, ketekunan, dan dukungan yang tepat, perempuan bisa bangkit dari keterpurukan dan menjadi agen perubahan yang kuat dalam lingkungannya.
Dari dapur sederhana, lahir sebuah warung makan yang bukan hanya menghidupi keluarga, tapi juga membuka jalan kesejahteraan bagi banyak orang.
Saat ini, Azlina fokus mempertahankan kualitas dan cita rasa masakan khas Minang di warung makannya, serta berkomitmen membagikan ilmu memasak kepada para karyawannya agar kelak mereka juga bisa mandiri menjalankan usaha sendiri.
Halaman Selanjutnya
“Saya dihubungi kembali oleh karyawan Amartha, dan dibantu untuk proses pinjaman. Bahkan saya diminta membentuk kelompok usaha bersama ibu-ibu tetangga. Saya ditunjuk sebagai ketua kelompok,” katanya.