Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini Rabu, 9 April 2025 dibuka anjlok 0,40 persen ke level Rp 16.958 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini disebabkan oleh perang tarif impor Presiden AS Donald Trump.
Direktur Pengelolaan Aset Moneter dan Sekuritas Bank Indonesia (BI) Fitra Judisman mengatakan bahwa tekanan global saat ini masih tinggi, khususnya karena perang dagang AS dan China, dimulai saat China terkena tarif impor hingga 104 persen. Namun, dia menyebut bahwa nilai tukar rupiah ditutup terkendali dibandingkan hari sebelumnya.
"Alhamdulillah pergerakan nilai tukar rupiah relatif terkendali dan hari ini kurs spot ditutup stabil dibandingkan kemarin yaitu di Rp 16.865. Walaupun tekanan global masih tinggi, khususnya sebagai dampak perang dagang antara AS dan China," ujar Fitra saat dihubungi VIVA, Rabu, 9 April 2025.
Uang kertas rupiah dan dolar AS.
Fitra mengklaim, nilai tukar rupiah pada hari ini lebih baik bila dibandingkan beberapa mata uang negara regional. Seperti India, China, Vietnam, hingga Malaysia.
"Pergerakan nilai tukar rupiah hari ini lebih baik dibandingkan beberapa mata uang regional, seperti rupee India, renminbi China, dong Vietnam, dan ringgit Malaysia yang semuanya mengalami pelemahan," jelasnya.
Adapun terkait potensi rupiah tembus ke level Rp 17.000 per dolar AS. Fitra menyatakan bahwa pihaknya akan terus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah melalui sejumlah intervensi
"BI akan terus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah, antara lain melalui langkah intervensi di pasar domestik (spot, DNDF, dan SBN) dan pasar off shore (NDF)," imbuhnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot terus melemah pada pembukaan perdagangan Rabu, 9 April 2025. Rupiah kembali anjlok 67 poin atau 0,40 persen ke posisi Rp 16.958 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah pada hari ini. Hal ini didorong oleh sentimen perang dagang Presiden AS Donald Trump.
"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off oleh meningkatnya tensi perang dagang," ujar Lukman kepada VIVA, Rabu, 9 April 2025.
Lukman menjelaskan, peningkatan tensi perang dagang ini dipicu oleh Trump yang mengecam akan menaikkan tarif ke China menjadi 104 persen. Hal ini dilakukan Trump sebagai balasan atas tarif yang diberikan China ke AS sebesar 34 persen.
Halaman Selanjutnya
"BI akan terus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah, antara lain melalui langkah intervensi di pasar domestik (spot, DNDF, dan SBN) dan pasar off shore (NDF)," imbuhnya.