Bos Nvidia Jensen Huang Sebut Gelar Tinggi Tak Lagi Jadi Jalan Sukses, Gen Z Diminta Ramai-ramai Masuk Pabrik

2 hours ago 1

Rabu, 10 Desember 2025 - 22:15 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah hiruk pikuk perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang mengubah pola kerja di seluruh dunia, muncul kekhawatiran besar bahwa teknologi akan menghapus banyak pekerjaan, terutama di sektor perkantoran. 

Namun, CEO Nvidia Jensen Huang justru menilai arah masa depan tidak sesuram yang dibayangkan. Menurutnya, kunci kemajuan justru terletak pada menghidupkan kembali pekerjaan manufaktur, bidang yang selama ini dianggap “kuno” bagi generasi muda.

Huang menegaskan bahwa Amerika Serikat membutuhkan tenaga terampil di sektor industri untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, memperkuat kapasitas produksi, dan memastikan industri AI tetap berkembang. 

Dalam percakapannya di podcast Joe Rogan, ia menyampaikan pandangan yang bertentangan dengan tren masyarakat modern yang menempatkan pendidikan tinggi sebagai jalur utama kesuksesan. Bagi Huang, membangun kembali kekuatan manufaktur adalah fondasi masa depan.

Huang mengatakan bahwa bangsa itu harus kembali ke jalur industrinya untuk menghadapi era AI. “Kami ingin mengindustrialisasi kembali Amerika Serikat. Kita harus kembali ke manufaktur. Setiap orang sukses tidak harus punya PhD. Setiap orang sukses tidak harus pernah kuliah di Stanford atau MIT,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari Fortune, Rabu, 10 Desember 2025.

Ia menekankan bahwa pekerjaan manufaktur bukan langkah mundur, melainkan penopang utama agar ekonomi bisa terus bertumbuh. “Jika Amerika Serikat tidak tumbuh, kita tidak punya kemakmuran. Kita tidak bisa berinvestasi di sektor domestik maupun luar negeri, kita tidak bisa menyelesaikan masalah apa pun," terangnya. 

"Jika kita tidak punya pertumbuhan energi, kita tidak punya pertumbuhan industri. Jika kita tidak punya pertumbuhan industri, kita tidak punya pertumbuhan lapangan kerja. Sesederhana itu,” tambahnya.

Huang juga memuji kebijakan energi pro-pertumbuhan yang membuka jalan bagi pembangunan pabrik chip, fasilitas AI, hingga pusat superkomputer. Tanpa itu, ia menilai Amerika tidak mungkin membangun fondasi industri AI yang kokoh. 

“Jika bukan karena kebijakan energi pro-pertumbuhan, kita tidak akan bisa membangun pabrik untuk AI, pabrik chip, atau pabrik superkomputer. Semua pekerjaan konstruksi dan teknisi akan ikut terhambat.”

Namun, kenyataannya tidak mudah. Deloitte mencatat lapangan kerja manufaktur AS kembali melewati level pra-pandemi dengan sekitar 13 juta pekerja pada awal 2024. Kebutuhannya bahkan mencapai 3,8 juta posisi, tetapi sekitar 1,9 juta di antaranya berpotensi tak terisi akibat kesenjangan keterampilan dan rendahnya minat generasi muda. 

Halaman Selanjutnya

Survei Soter Analytics menunjukkan hanya 14 persen Gen Z yang ingin bekerja di industri karena menganggap sektor ini tidak fleksibel dan berisiko tinggi.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |