Profil Chanee Kalaweit, Aktivis Asal Prancis yang 27 Tahun Berjuang Jaga Hutan Indonesia

1 hour ago 1

Rabu, 10 Desember 2025 - 23:15 WIB

Jakarta, VIVA – Isu kerusakan lingkungan kembali menjadi sorotan setelah sejumlah wilayah di Sumatera dan Aceh dilanda bencana. Di tengah situasi tersebut, nama Chanee Kalaweit kembali mencuat sebagai aktivis yang sejak remaja mendedikasikan hidupnya untuk konservasi alam di Indonesia. 

Selama 27 tahun, ia tidak hanya menjaga satwa liar, tetapi juga menyuarakan kritik terhadap praktik yang menurutnya memperparah kerusakan hutan. Di balik kiprah panjang tersebut, perjalanan hidup Chanee, dari Prancis hingga menetap di Indonesia, menjadi bagian penting dari cerita perjuangannya.

Profil Chanee Kalaweit

Aktivis lingkungan sekaligus pendiri Yayasan Kalaweit, Chanee Kalaweit

Chanee Kalaweit, yang bernama asli Aurelien Francis Brule, merupakan aktivis lingkungan dan pendiri Yayasan Kalaweit. Melalui akun X pribadinya, ia menegaskan bahwa menjaga alam adalah investasi jangka panjang demi masa depan. “Kalau kita berinvestasi dalam kerusakan alam atau melalui kegiatan yang merusak alam, kita akan menuju bencana seperti yang kita lihat sekarang dengan saudara-saudara di Sumatera yang kesusahan.”

Chanee kemudian mengungkapkan pengalamannya berjuang selama hampir tiga dekade. Meski Yayasan Kalaweit menjadi mitra resmi Kementerian Kehutanan (Kemenhut), hubungan tersebut tidak selalu berjalan mulus.

“Selama 27 tahun berjuang di Indonesia dengan Yayasan Kalaweit, walaupun menjadi mitra dari Kementerian Kehutanan, walaupun dapat banyak sekali dukungan dari masyarakat Indonesia, kami selama ini cukup dicuekin oleh Kementerian Kehutanan, oleh Menteri Kehutanan sebelumnya,” ungkapnya.

Ia menyebut kondisi itu semakin berat dalam sembilan tahun terakhir. “Jangankan hanya dicuekin, selama 9 tahun terakhir di masa Jabatan Menteri yang sebelumnya, 9 tahun, kami tidak hanya dicuekin, kami ditekan, perizinan kami tidak diperpanjang,” lanjut Chanee. 

Bahkan, ia mengaku dibatasi dalam menyampaikan kritik lewat media sosial. “Dan bahkan kami dibatasi atau kami di larang pos di media sosial hal-hal yang tidak disukai oleh kementerian tentang konservasi.”

Chanee sendiri lahir di Prancis Selatan pada 2 Juli 1979. Ketertarikannya pada primata membuatnya memutuskan datang ke Indonesia pada 1998, saat ia baru berusia 18 tahun. “Asal saya dari Perancis, sudah datang ke Indonesia tahun 1998 waktu itu saya umur 18 tahun. (Saya datang ke Indonesia), ingin menyelamatkan Owa, primata yang memiliki tangan yang panjang dan di pagi hari selalu berbunyi di hutan,” paparnya saat tampil dalam wawancara di Kick Andy Show. 

Halaman Selanjutnya

Keputusan itu menjadi titik awal pengabdiannya membangun konservasi Owa dan satwa liar lainnya di Kalimantan. Dari perjalanan itu pula ia akhirnya tinggal menetap dan membangun kehidupannya di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |