Jakarta, VIVA – Nama Kathrina atau dikenal dengan Mama Cucit mendadak jadi sorotan publik. Hal ini menyusul dengan kisahnya yang didiagnosis penyakit autoimun lantaran gaya hidupnya mulai dari diet ekstrem hingga suntik putih.
Saat menjadi bintang tamu di YouTube Melaney Ricardo, Kathrina sempat menceritakan kronologi penyakit autoimun yang diidapnya. Hal ini bermula dari diet ekstrem yang dijalaninya di usia 19 tahun. Scroll untuk tahu cerita lengkapnya, yuk!
Diungkap Kathrina, dia memang memiliki berat badan yang terbilang tinggi yakni hampir 70 kg sejak duduk di bangku SMP. Dia sendiri memang sudah menjalani diet saat duduk di bangku SMA. Namun saat itu pola dietnya masih terbilang biasa yakni tak makan malam. Namun saat lulus kuliah, dia mulai menerapkan pola diet ekstrem yakni hanya makan sekali dalam sehari.
"Mulai usia 19 tahun di akhir masa kuliah mau ke dunia kerja. Terus liat ngeliat badan susah padu padan baju, terus aku mulai ngide sendiri. Akhirnya nentuin pola diet sendiri makan sekali tanpa nasi, proteinnya enggak makan hanya makan sayur aja sama tahu tempe," kata dia bercerita di YouTube Melaney Ricardo, dikutip Selasa 6 Mei 2025.
Meski hanya menerapkan pola makan berat sehari sekali, namun dia masih tetap mengemil namun masih tergolong makanan sehat, seperti pisang dan ubi rebus. Pola diet yang dijalaninya juga mampu menurunkan berat badannya hingga 10 kg dalam sebulan.
"Makan siang biasanya, pagi enggak makan, malam enggak makan. (Snacking) pisang rebus, ubi rebus. Berat badan turun, paling paten 10 kg sebulan, jadi aku diet selama 6 bulanan dari 70 sampai 55 kg tanpa obat sama sekali," kata dia.
Tak hanya menerapkan pola makan sehari sekali saja, dia juga selalu melakukan olahraga tanpa henti setiap harinya selama 6 bulan. Bahkan dalam sehari dia bisa melakukan dua kali olahraga pagi dan sore hari.
"Dulu pagi ikut body language, pagi enggak makan terus ikut kelas itu. Sorenya juga sama sit up 100 kali sehari, terus jogging di depan rumah setiap hari nggak berhenti. Olahraga setiap hari (tanpa rest day) iya," kata dia.
Namun enam bulan setelah dirinya berhasil menurunkan berat badan hingga 55 kg, dia melihat adanya perubahan yang mengganjal pada tubuhnya. Saat itu, kulitnya menggelap padahal kata Kathrina dia jarang sekali keluar rumah.
"Pas turun 55 kg perasaannya happy, berhasil. Belum ada gangguan aman aja. Setelah 55 kg, selesai 6 bulan turun sampai (ke berat badan) 55 kg, mulai terasa di kulit. Kulitnya menggelap, padahal di rumah aja enggak ngapa-ngapain," ungkapnya.
Melihat adanya perubahan pada kulitnya, Kathrina kemudian berinisiatif melakukan suntik putih sebanyak 5 kali. Saat itu dia melihat adanya perubahan di mana kulitnya kembali seperti sebelumnya.
"Setelah kulit menggelap itu aku infus whitening. Cerahnya enggak terlalu karena 5 kali, jadi hanya mengembalikan sebelum gosong itu, sebelum menggelap itu. Itu awalnya di seluruh badan,” katanya.
Namun enam bulan setelah melakukan suntik putih, Kathrina mengalami perubahan kulit yang siginfikan. Seluruh tubuhnya mengalami sakit terutama di area persendian, kulitnya juga mengalami ruam.
"Setelah infus whiteing 5 kali, enam bulan berikutnya baru terasa gejala-gejala badan sakit persendian. Muka biru-biru nadinya, kulitnya tipis dan ruam merah di seluruh tubuh kayak panu putih merah gitu," tuturnya.
Melihat ada keanehan dia kemudian melakukan pemeriksaan ke dokter kulit. Saat itu dokter kulit menyarankannya untuk memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam. Saat pemeriksaan ke dokter penyakit dalam dirinya didiagnosa dengan penyakit autoimun.
"Mulai curiga aneh, terus ke dokter. Pertama ke dokter kulit saranin ke penyakit dalam karena bukan penyakit kulit. Dokter pertama kayak menyepelekan 'ini kayak panu'. Diagnosanya sebulan kemudian ganti dokter, aku autoimun. Ada pemeriksaannya di Fatmawati, pemeriksaan darah, biopsi kulit sama MRI seluruh tubuh," kata dia.
Katharina menjelaskan, autoimun yang diidapnya adalah jenis scleroderma. Jenis autoimun yang diidapnya, kata Katharina menyebabkan kulitnya mengeras dan infeksi peradangan di jaringan kulit.
"Autoimun, namanya scleroderma. Jadi jenis autoimun yang gejalanya kulit mengeras, infeksi peradangan di jaringan kulit. Jadi kulitnya mengeras, kaku karena membuat kolagennya berlebihan," jelasnya.
Diungkap Katharina berdasarkan keterangan dokter autoimun yang diidapnya lantaran adanya riwayat keluarga. Selain itu, pola diet ekstrem dan suntik putih juga menjadi pencetus terjadinya autoimun tersebut.
"Dokter bener-bener tanya riwayat dari zaman dulu runutan kronologi dari awal dan sampai di orangtua. Riwayat penyakit apa. Utamanya ada genetik, di keluarga ayah saya keturunan darah tinggi, di mama ada jantung, kanker. Jadi menurut dokter, genetik mutasi gen papa mama mungkin membawa. Jadinya awalnya genetik, kemudian di-trigger sama gaya hidup tadi, infus whitening. Triggernya bener-bener," bebernya.
Halaman Selanjutnya
"Dulu pagi ikut body language, pagi enggak makan terus ikut kelas itu. Sorenya juga sama sit up 100 kali sehari, terus jogging di depan rumah setiap hari nggak berhenti. Olahraga setiap hari (tanpa rest day) iya," kata dia.