Terlalu Sering Konsumsi Ikan Asin Berisiko Tinggi Picu Kanker, Ini Penjelasan Dokter Tirta

6 hours ago 2

VIVA – Ikan asin terbilang menjadi salah satu jenis aneka lauk pauk yang sangat digemari bagi masyarakat Tanah Air. Hidangan olahan itu pun seolah dapat menjadi pilihan tepat untuk bersantap bagi semua kalangan, lantaran rasanya yang khas dan nikmat.

Meski demikian, sebuah analisa pernyataan penelitian jurnal kesehatan pun sempat mencuat seputar serba-serbi mengonsumsi kauk jenis ikan asin. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Ya, penuturan hasil penelitian tersebut pernah diutarakan influencer dokter Tirta yang menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi ikan asin secara berlebihan dengan peningkatan risiko terkena kanker tertentu.

Kandungan senyawa dalam ikan asin yang diproses dan dikonsumsi secara terus-menerus diduga menjadi pemicunya.

Pekerja memasak ikan yang diasinkan di sentra pengolahan ikan asin, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa, 23 April 2019.

Photo :

  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Ikan asin merupakan salah satu jenis makanan yang populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Rasanya yang gurih dan asin seringkali menjadi pelengkap hidangan sehari-hari.

Namun, proses pengawetan ikan melalui pengasinan dan pengeringan ternyata dapat menghasilkan senyawa kimia yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering.

Salah satu senyawa yang menjadi perhatian utama adalah nitrosamin. Senyawa ini terbentuk selama proses pengasinan dan pengeringan ikan, terutama ketika menggunakan garam nitrit atau nitrat sebagai bahan pengawet.

Nitrosamin telah diklasifikasikan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebagai karsinogenik, yang artinya memiliki potensi menyebabkan kanker pada manusia.

Peningkatan Produksi Ikan Asin

Photo :

  • ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Berbagai penelitian epidemiologis telah menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi ikan asin yang tinggi dengan peningkatan risiko kanker nasofaring (kanker yang tumbuh di bagian atas tenggorokan, di belakang hidung dan di atas langit-langit mulut).

Kanker nasofaring cenderung lebih banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan, di mana konsumsi ikan asin juga relatif tinggi.

“Karena pengawetan ikan asin itu berlangsung pada beberapa waktu, sehingga memunculkan potensi bakteri yang mengolah si nitrosamin tersebut menjadi lebih cepat,” ungkap dokter Tirta.

“Nah ketika nitrosamin ini masuk ke dalam tubuh, maka memiliki kecenderungan menyebabkan merusak sel mukosa faring,” ujar dokter Tirta, seperti yang dilansir postingan tayangan video di akun nyinyir_update_official.

“Sehingga faring di tenggorokan ini akan berpotensi menjadi radang secara terus-menerus dan akhirnya menyebabkan sebuah penyakit lalu menjadi bibit-bibit karsinogenik, dan sel-sel karsinogenik inilah yang menjadi risiko kanker nasofaring,” jelas dr Tirta.

Dr Tirta juga menjelaskan bahwa proses pengasinan dapat meningkatkan kadar garam dan senyawa nitrosamin dalam ikan. 

"Konsumsi garam berlebihan sendiri sudah tidak baik untuk kesehatan, dapat meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung. Ditambah lagi dengan adanya nitrosamin yang bersifat karsinogenik, risiko terkena kanker, terutama kanker nasofaring, menjadi lebih tinggi jika ikan asin dikonsumsi secra rutin terlalu sering dari kecil," terangnya.

Lebih lanjut, dr Tirta juga menyoroti metode pengolahan dan penyimpanan ikan asin yang kurang tepat juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya senyawa berbahaya lainnya.

"Pastikan ikan asin diolah dan disimpan dengan benar. Hindari mengonsumsi ikan asin yang sudah terlalu lama atau terlihat tidak segar," tambahnya.

Ilustrasi makanan, sayuran, ikan asin dan sambal

Photo :

  • VIVAnews/Ezra Sihite

Anjuran Konsumsi yang Sehat:

Meskipun berisiko, bukan berarti kita harus sepenuhnya menghindari konsumsi ikan asin. Para ahli sepakat bahwa konsumsi dalam jumlah kecil dan tidak terlalu sering masih diperbolehkan sebagai variasi menu. Namun, beberapa anjuran penting perlu diperhatikan:

Batasi Frekuensi dan Porsi: Jangan menjadikan ikan asin sebagai menu utama sehari-hari. Konsumsilah dalam porsi kecil dan sesekali saja.

Pilih Ikan Asin Berkualitas: Usahakan memilih ikan asin yang diolah dengan cara yang baik dan tidak menggunakan bahan pengawet berbahaya secara berlebihan.

Variasikan Menu: Perbanyak konsumsi sumber protein lain yang lebih sehat seperti ikan segar, daging tanpa lemak, telur, dan kacang-kacangan.

Perhatikan Cara Pengolahan: Sebelum dikonsumsi, ikan asin sebaiknya direndam dan dicuci bersih untuk mengurangi kadar garam. Proses memasak seperti dikukus atau direbus lebih disarankan daripada digoreng dengan minyak banyak.

Konsultasi dengan Ahli Gizi: Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker atau memiliki kekhawatiran tertentu, konsultasikan dengan ahli gizi untuk mendapatkan saran konsumsi yang tepat.

Dengan meningkatkan kesadaran akan risiko yang mungkin timbul akibat konsumsi ikan asin berlebihan, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih dan mengonsumsi makanan sehari-hari demi menjaga kesehatan jangka panjang.

Halaman Selanjutnya

Source : ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |