Jakarta, VIVA — Zurich Insurance Group merilis laporan terbaru berjudul “Climate Risks: Strategies for Building Resilience in a More Volatile World” yang menyoroti perlunya aksi bersama menghadapi dampak perubahan iklim, seperti cuaca ekstrem dan bencana alam, yang makin sering terjadi.
Dalam laporannya, Zurich juga memaparkan tingginya biaya akibat peristiwa tersebut, peran penting industri asuransi, serta rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk membangun masyarakat dan perekonomian yang lebih tangguh terhadap risiko perubahan iklim.
Asuransi memiliki peran penting dalam melindungi rumah tangga, pelaku usaha, dan pemerintah dari kerugian finansial akibat bencana alam.
Akan tetapi, cakupan perlindungan asuransi belum mampu mengimbangi besarnya potensi kerugian, mengakibatkan semakin banyak pihak yang kurang atau tidak terlindungi.
Zurich mendorong pendekatan baru yang menitikberatkan pada pengurangan risiko dan perluasan jangkauan perlindungan asuransi.
Menurut Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce), dalam satu dekade terakhir bencana alam seperti badai, banjir, dan kebakaran hutan menyebabkan kerugian ekonomi hingga US$2 triliun atau Rp32.588 triliun.
Frekuensi dan intensitas kejadian ini terus meningkat, diperparah oleh perubahan iklim jangka panjang seperti kenaikan suhu, permukaan laut, dan perubahan pola hujan.
"Industri asuransi memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan terhadap risiko perubahan iklim secara fisik. Namun, untuk mengatasi meningkatnya biaya akibat cuaca ekstrem dan bencana alam, diperlukan tindakan kolektif dan segera. Laporan ini menjadi panduan untuk pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat berkolaborasi dalam menghadapi tantangan yang semakin besar," kata
Chief Risk Officer
Zurich Indonesia, Kabilarang Sinabang.
Menurutnya, ketahanan harus dibangun sejak awal, bukan hanya sebagai respons setelah bencana terjadi. Industri asuransi memiliki peran penting dalam mendorong edukasi dan pencegahan atas risiko iklim, bekerja sama dengan sektor publik maupun swasta untuk menciptakan skema berbagi risiko yang inovatif.
Tiga langkah penting pun menjadi rekomendasi, yaitu, fokus pada investasi pencegahan dan pengurangan risiko, perluasan akses dan keterjangkauan asuransi melalui kerangka kebijakan yang mendukung, serta mengembangkan solusi pembagian risiko publik-swasta untuk meningkatkan ketahanan finansial, seperti blended finance dan (re) insurance pool.
Halaman Selanjutnya
Source : GoGraph