Jakarta, VIVA – Dalam upaya negosiasi tarif perdagangan yang bakal diajukan oleh pemerintah Indonesia kepada Amerika Serikat (AS), Presiden Prabowo Subianto antara lain bakal berupaya untuk mengatasi surplus dagang dengan AS yang mencapai lebih dari US$17 miliar.
Salah satu cara yang bakal dilakukan adalah dengan penambahan impor dari AS untuk komoditas Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak, Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga alat pengeboran migas.
Merespons rencana tersebut, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto menyatakan siap melaksanakan. Ia mendukung strategi untuk memangkas defisit perdagangan AS terhadap Indonesia tersebut.
Dia bahkan mengatakan bahwa Indonesia bakal memaksimalkan impor bensin dan LPG dari AS, guna mendukung upaya negosiasi tarif perdagangan kepada pemerintah AS.
"Jadi kan kita masih impor bensin sama LPG, kan. Nah, dua komoditi ini yang kita upayakan (untuk) dimaksimalkan dari AS," kata Djoko saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 9 April 2025.
ilustrasi impor.
Photo :
- VIVA/Muhamad Solihin
Djoko mengaku bahwa pihaknya masih harus melakukan sejumlah upaya evaluasi, guna melihat potensi dan kebutuhan yang sekiranya benar-benar harus diimpor dari AS.
"Sampai dengan saat ini kan kita belum impor ya. Tapi kalau memang nanti dibutuhkan, ya nanti kita lihat, sedang dievaluasi," ujarnya.
Diketahui, sebelumnya Presiden Prabowo Subianto dalam acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta pada Selasa, 8 April 2025 kemarin, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia akan menawarkan beberapa hal kepada Pemerintah AS, untuk mengatasi surplus dagang RI terhadap AS. Antara lain yakni melalui wacana penambahan impor LPG, minyak, BBM, hingga alat pengeboran migas.
"Surplus kita US$17 miliar dari AS, kita bukan negara miskin, apa yang kita butuh dari Amerika? Kita butuh LPG, LPG US$9 miliar, kita butuh minyak, BBM impor lagi, kita butuh alat-alat teknologi drilling dari mereka, kita akan membuka 10 ribu sumur lama dengan teknologi baru," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
"Sampai dengan saat ini kan kita belum impor ya. Tapi kalau memang nanti dibutuhkan, ya nanti kita lihat, sedang dievaluasi," ujarnya.