Gaza, VIVA – Pertukaran tahanan dengan Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza kemungkinan mulai dilakukan pada Senin 13 Oktober, kata Mousa Abou Marzouq, pejabat kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
“Pertukaran tahanan mungkin dimulai pada Senin,” kata Mousa Abou Marzouq dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Jumat 10 Oktober 2025,
Ia menegaskan bahwa Hamas tidak berniat menjadikan proses penyerahan tahanan sebagai ajang militerisasi atau perayaan publik.
Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada Jumat pukul 12:00 waktu setempat (16:00 WIB).
VIVA Militer: Warga Israel yang disandera kelompok Hamas Palestina
Photo :
- The New York Times/Saher Alghorra
Menurut dokumen kesepakatan yang disiarkan stasiun TV KAN, Hamas akan membebaskan para sandera Israel yang masih hidup dalam waktu 72 jam setelah Israel meratifikasi kesepakatan itu.
Dokumen itu juga menyebutkan bahwa Hamas akan memberikan semua informasi yang mereka miliki tentang sandera Israel yang tewas kepada mekanisme bersama yang akan melibatkan Turki, Qatar, Mesir, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Israel memperkirakan 48 warga mereka yang disandera masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup.
Di sisi lain, lebih dari 11.100 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Banyak di antara mereka telah meninggal, menurut laporan media dan hak asasi manusia Palestina dan Israel.
Abou Marzouq juga mengatakan bahwa Hamas memiliki posisi tawar yang signifikan dalam perundingan.
Dia mengatakan bahwa isu tahanan menjadi alasan yang kerap dipakai pemimpin Israel Benjamin Netanyahu "untuk membenarkan kelanjutan perang di Gaza."
Pejabat Hamas itu mengatakan kelompoknya sedang bekerja sama dengan para mediator untuk mengatasi hambatan dan memastikan pembebasan para pemimpin Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Dia juga mengatakan bahwa tentara Israel telah mundur hingga ke "garis kuning", tetapi masih menguasai 53 persen wilayah Jalur Gaza.
Garis penarikan pasukan yang ditetapkan oleh Israel, kata dia, "tidak akurat dan digambar secara sewenang-wenang."
"Hamas tidak akan menerima keberadaan Israel di wilayah yang saat ini mereka kuasai," kata Abou Marzouq.