Jakarta, VIVA – Hepatitis atau peradangan hati, yang kerap dikenal sebagai ‘sakit kuning’, masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia. Rendahnya pemahaman terhadap bahaya penyakit ini tercermin dari masih adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A, khususnya di lingkungan sekolah. Minimnya kesadaran akan pentingnya vaksinasi hepatitis B menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya pencegahan.
Karena sifatnya yang sering tanpa gejala di tahap awal, hepatitis B dan C kerap baru terdeteksi setelah muncul komplikasi serius seperti pengerasan hati atau bahkan berkembang menjadi kanker hati. Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, dr. Steven Zulkifly, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RS Siloam Kebon Jeruk, akan mengulas secara lengkap seputar hepatitis A, B, dan C.
dr. Steven Zulkifly, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RS Siloam Kebon Jeruk
Apa Itu Hepatitis
Laporan dari WHO pada April 2024 lalu memperingatkan tentang bahaya virus hepatitis yang telah merenggut 3.500 nyawa setiap harinya di seluruh dunia, dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat dengan 6.000 orang baru terinfeksi setiap harinya. Penyakit hepatitis ini menempati peringkat kedua sebagai penyebab kematian menular terbanyak di dunia setelah tuberkulosis.
Hepatitis adalah kondisi peradangan pada organ hati. Peradangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Salah satu penyebab paling umum adalah infeksi virus, dengan jenis yang paling sering ditemui meliputi virus hepatitis A, B, dan C. Masing-masing jenis virus ini memiliki cara penularan dan tingkat keparahan yang berbeda-beda, sehingga penting untuk memahami penyebab dan karakteristiknya guna melakukan pencegahan serta penanganan yang tepat.
Gejala Hepatitis
Hampir sama dengan infeksi virus pada umumnya, gejala hepatitis A berupa demam, meriang, sakit kepala, nafsu makan menurun dan muntah. Bedanya, hepatitis A dapat disertai kondisi kuning yang biasanya bersifat akut. Sedangkan hepatitis B dan C sangat sulit dideteksi. Gejala-gejala baru muncul jika sudah terjadi komplikasi.
Penyebab Hepatitis
Penyebab hepatitis secara umum dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu hepatitis yang disebabkan oleh infeksi dan hepatitis non-infeksi. “Hepatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses peradangan pada hati. Penyebabnya berupa infeksi dan non infeksi. Virus hepatitis A, B, C, D, hingga E adalah penyebab infeksi yang paling sering. Ada pula cytomegalovirus dan virus herpes. Cacing hati juga bisa menyebabkan hepatitis. Kasus yang sering timbul di masyarakat adalah hepatitis A, B, dan C,” ujar dr. Steven.
Hepatitis tidak selalu disebabkan oleh infeksi virus. Dalam sejumlah kasus, peradangan hati justru dipicu oleh faktor non-infeksi, seperti konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, serta perlemakan hati.
Konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam jangka panjang, dapat merusak sel-sel hati dan menyebabkan peradangan. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membatasi jumlah dan frekuensi konsumsi alkohol secara ketat.
Hepatitis yang disebabkan oleh obat-obatan juga perlu menjadi perhatian. Penggunaan obat dalam jangka panjang sebaiknya selalu berada di bawah pengawasan dokter. Dosis parasetamol yang berlebihan, misalnya, bisa membuat Anda terkena hepatitis. Konsultasi sebelum memulai pengobatan sangat penting untuk mengurangi risiko gangguan fungsi hati.
Selain itu, perlemakan hati yang umumnya dialami oleh individu dengan obesitas juga berisiko berkembang menjadi hepatitis jika tidak ditangani dengan baik. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, menjaga pola makan seimbang, dan mempertahankan berat badan ideal.
Sementara itu, hepatitis akibat penyakit autoimun biasanya muncul secara tiba-tiba dan hingga kini belum ditemukan metode pencegahan yang efektif. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan medis yang tepat sangat penting.
Penularan dan Pencegahan Infeksi Hepatitis
Hepatitis A
Penularan hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral. Pada umumnya, infeksi terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang tercemar feses pengidap hepatitis, namun dapat juga melalui praktik kebiasaan seksual. Virusnya subur berkembang biak di lingkungan dengan tingkat sanitasi rendah. Risiko penularan sering terjadi karena orang yang menyiapkan hidangan kurang menjaga kebersihan, sehingga makanan dan minuman tercemar feses dari pengidap hepatitis. Di Indonesia, Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A kerap muncul di sekolah-sekolah.
Ada lima langkah untuk mencegah penyebaran hepatitis A:
• Pertama, pastikan makanan dan suplai air bersih. Jaga kebersihan dapur dan alat makan.
• Kedua, terapkan kebiasaan sanitasi yang baik. Cuci tangan sebelum makan dan setelah ke kamar mandi.
• Ketiga, karena rute penularan adalah oral, lakukan praktek seksual yang sehat.
• Keempat, Virus hepatitis pada makanan atau minuman bisa mati jika dipanaskan di suhu 85° Celcius selama 1 menit. Maka konsumsilah makanan yang matang.
• Kelima, vaksinasi hepatitis A. Anak-anak dapat divaksin hepatitis A dua kali dalam jarak waktu 6 bulan untuk proteksi seumur hidup.
Hepatitis B dan C
Infeksi hepatitis B dan C menular melalui darah. Secara vertikal, bayi berisiko terjangkit hepatitis dari ibunya. Penularan dapat berlangsung pada proses kehamilan dan persalinan. Secara horizontal, paparan terhadap produk darah yang terinfeksi menjadi sebab penularan hepatitis B dan C. Faktor risiko utamanya penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Contohnya pada proses pembuatan tato atau piercing. Gaya hubungan seksual multiple partner baik lawan jenis ataupun pada homoseksual juga berisiko. Pencegahan penularannya adalah dengan menghindari faktor-faktor risiko tersebut. Para tenaga medis umumnya sudah dilakukan vaksinasi hepatitis B agar terhindar dari infeksi hepatitis B. Akan tetapi, tetap harus hati-hati dalam menangani atau kontak dengan pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C.
Kelompok Usia Rentan Hepatitis
Semua orang berisiko terjangkit hepatitis. Namun, ada kelompok usia tertentu yang rawan. Karena penularannya mudah terjangkit lewat oral, hepatitis A banyak ditemukan pada usia anak sekolah yang sanitasinya belum baik. Dari KLB di Indonesia, rentang usia rawan hepatitis A adalah 10-15 tahun.
Sedangkan hepatitis B dan C rentan terjadi di kelompok usia produktif sekitar 35-60 tahun. Karena faktor risikonya ada pada hubungan seksual, pembuatan tato, piercing, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Komplikasi Hepatitis
“Komplikasi adalah kondisi yang muncul akibat dari suatu penyakit. Meski ada pasien yang terjangkit hepatitis B dan HIV bersamaan, komplikasi hepatitis bukanlah HIV. Kebetulan saja media penularannya sama lewat darah melalui hubungan seksual. Bukan berarti jika seseorang mengidap hepatitis, dia akan mengidap HIV Seseorang tidak akan mengidap HIV kecuali dia tertular virusnya. Kalaupun pasien terjangkit hepatitis B, C, dan HIV bersamaan, dia tidak perlu khawatir. Karena salah satu obat HIV juga cocok untuk terapi hepatitis B,” jelas dr. Steven, yang mendapatkan pendidikan spesialisnya di Universitas Indonesia.
Hepatitis B dan C berisiko komplikasi mengecilnya volume liver (sirosis) dan kanker hati. Gejalanya tidak muncul tapi tiba-tiba hati mengecil. Proses ini butuh waktu sekitar 10-20 tahun. Kadang perut pasien buncit karena penumpukan cairan (asites). Uniknya, hepatitis B bisa berkembang menjadi kanker hati tanpa melalui proses sirosis.
Sedangkan karena infeksi hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, komplikasi sangat jarang terjadi. Tapi sekitar 1% kasus hepatitis A dapat mengalami gagal hati akut, keluhan kuning, perdarahan, dan gangguan kesadaran.
Diagnosis
Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium atau radiologi untuk membedakan gejala infeksi hepatitis atau infeksi lain. Untuk mendiagnosis hepatitis A, dokter membutuhkan pemeriksaan anti HAV (Hepatitis A Virus). Sedangkan untuk mengetahui pasien mengidap hepatitis B, dokter harus mencari tau HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) dan untuk pemeriksaan hepatitis C, ada pemeriksaan anti HCV (Hepatitis C Virus). Sementara itu untuk mendeteksi perlemakan hati, dokter menggunakan ultrasonografi (USG).
Vaksinasi, Pengobatan, dan Tingkat Keberhasilan
Hepatitis A
Virus hepatitis A dapat bertahan di luar tubuh dengan masa inkubasi sekitar 3-4 minggu. Meskipun hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi tetap disarankan untuk melakukan vaksin hepatitis A. Penanganan hepatitis A sifatnya suportif berdasarkan gejala yang muncul. Jika mual dan muntah, pasien dipastikan tidak dehidrasi dan dapat asupan nutrisi. Jika demam, pasien akan beri obat penurun panas. Kondisi pasien biasanya membaik 1-2 minggu pasca infeksi. Penyembuhannya hingga 1 bulan. Tapi jika terjadi gagal hati akut, pasien harus dirawat di rumah sakit dengan pemantauan ketat.
Hepatitis B dan C
Secara umum, hepatitis B dan C berisiko infeksi kronik. Penyakit ini bisa menjangkit seumur hidup dan menetap.
Telah tersedia vaskin untuk hepatitis B. Tiga kali vaksinasi untuk usia nol, satu, dan enam bulan terbukti memberi perlindungan seumur hidup. Vaksin hepatitis B bisa melindungi sekitar 90-95% kasus. Apalagi kalau ini dibuktikan dengan anti-HBs yang tinggi. Anti-HBs di atas 10 cukup melindungi Anda dari hepatitis B.
Namun, belum ada obat yang bisa memberantas tuntas virus hepatitis B. Virus ini tidur di dalam sel hati sehingga tidak semua hepatitis B bisa langsung diterapi. Untuk pemberian antivirus dalam bentuk tablet, virusnya harus ditunggu hingga bangun. Hingga saat ini, terapi hepatitis B memerlukan terapi jangka panjang dengan tingkat kesembuhan yang bervariasi.
Sebaliknya, belum ada vaksin untuk hepatitis C. Tapi sekitar 10 tahun terakhir sudah ada obat DAA (Direct Acting Antiviral). Konsumsi obatnya selama 3-6 bulan, tergantung tingkat keparahan. Jika ada sirosis hati, terapi obati akan berlangsung hingga 6 bulan. Tingkat keberhasilan pengobatan DAA di atas 90-95%.
Kesadaran akan Hepatitis dan Fasilitas di RS Siloam
Grup RS Siloam dari tahun ke tahun menunjukan komitmen dalam pengobatan dan juga mengedukasi masyarakat mengenai hepatitis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya hepatitis serta pentingnya vaksinasi hepatitis.
“Di RS Siloam Kebon Jeruk, penanganan hepatitis bersifat menyeluruh. Penyakit ini dapat ditangani mulai dari tindakan preventif, diagnostik, hingga terapi. Vaksinasi hepatitis tersedia, sarana pemeriksaan lengkap, laboratorium, peralatan endoskopi yang dibutuhkan memadai. Fasilitas after care untuk pasien juga tersedia. Pasien yang terkena hepatitis B akan terus dipantau hingga muncul waktu yang tepat untuk diterapi. Pasien hepatitis C akan langsung diobati agar tidak berkembang menjadi sirosis,” jelas dr. Steven.
Jika Anda memiliki faktor risiko tertular hepatitis, atau memiliki anggota keluarga yang terdiagnosis, segera lakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter.
Halaman Selanjutnya
Konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam jangka panjang, dapat merusak sel-sel hati dan menyebabkan peradangan. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membatasi jumlah dan frekuensi konsumsi alkohol secara ketat.