Indeks Harga Produsen Tiongkok Anjlok Terparah dalam 2 Tahun Imbas Perang Harga Makin Panas

5 hours ago 3

Rabu, 9 Juli 2025 - 23:16 WIB

Jakarta, VIVA – Kabar kurang sedap kembali menghantam perekonomian Tiongkok. Harga-harga di tingkat produsen di negara raksasa Asia ini, pada bulan Juni 2025, dilaporkan kembali anjlok secara signifikan sekaligus mencatat penurunan paling tajam dalam hampir dua tahun terakhir. 

Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok pada Rabu, 9 Juli 2025, melaporkan data indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) untuk bulan Juni 2025 anjlok 3,6 persen. Penurunan tajam dipicu perang harga yang terjadi di bersamaan melemahnya daya beli masyarakat ditandai lesunya permintaan konsumen.

PPI pada bulan Juni 2025 menjadi terburuk mengalahkan penurunan tajam pada Juli 2023 di mana indeks telah mengalami deflasi beruntun selama beberapa tahun sejak September 2022. Deflasi harga produsen Tiongkok ini pun lebih buruk dari estimasi pasar yang memprediksi penurunan sebesar 3,2 persen.  

Sementara itu, inflasi Tiongkok pada bulan Juni tercatat sebesar 0,1 persen. Hasil ini menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan setelah empat bulan berturut-turut mengalami penurunan.

Ilustrasi ritel kesehatan dan kecantikan.

Photo :

  • VIVA/Adinda Permatasari

“Tanpa stimulus kebijakan yang kuat, sulit untuk keluar dari spiral deflasi yang sedang berlangsung,” ujat Kepala Ekonom di Macquarie, Larry Hu, dikutip dari CNBC Internasional pada Rabu, 9 Juli 2025.

Hu menambahkan, tren ekspor Tiongkok masih cukup baik dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini membuat pemerintah Beijinh cenderung diam untuk mendorong belanja masyarakat secara besar-besaran.

“Para pembuat kebijakan kemungkinan baru akan bertindak jika ekspor mulai turun drastis,” kata Hu.

Para pembuat kebijakan Tiongkok melakukan pertemuan guna membahas kebijakan ekonomi tinggi pada pekan lalu. Rapat dipimpin langsung oleh Presiden Xi Jinping menampung kritik persaingan harga yang berlebihan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok untum menarik konsumen imbas serangan tarif Trump yang telah mengancam kelangsungan penjualan ke pasar konsumen terbesar di dunia.

Pemerintah Beijing berjanji akan memperketat aturan terhadap aksi pemotongan harga yang terlalu agresif. Alasannya karena dinilai tidak efektif mengubah perilaku konsumen dan justru merugikan bisnis.

Pada bulan Mei 2025, laba pada perusahaan industri anjlok 9,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menandai penurunan paling parah sejak Oktober tahun lalu.

“Bisnis harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas produk dan mendukung penghapusan bertahap kapasitas produksi yang sudah ketinggalan zaman,” demikian pernyataan dari pertemuan yang diberitakan salah satu surat kabar di Tiongkok.

Halaman Selanjutnya

Hu menambahkan, tren ekspor Tiongkok masih cukup baik dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini membuat pemerintah Beijinh cenderung diam untuk mendorong belanja masyarakat secara besar-besaran.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |